15 :: Galaxy Café

1.4K 119 3
                                    

"Lily, lo kenapa?"

Liliana terperanjat, hampir saja berteriak nyaring kala suara bariton itu tiba-tiba terdengar di telinganya. Tidak ingin semua orang tahu tentang masalah ini, dengan cepat cewek itu menyembunyikan kakinya yang tertusuk beling dengan cara berbalik badan membelakangi keempat pria itu.

"Astaga, lo abis gelut sama siapa ini sampe ada beling berceceran dilantai?" ucap David melihat serpihan beling yang berceceran di lantai, tak lupa cairan berqarna merah yang menanggal disalah satunya.

Alih-alih dengan kacaunya kamar ini sekarang, David mengalihkan pandangan pada Liliana yanh nampak menunduk dengan berjuta rasa ketakutan yang tertutupi oleh rasa perih yang menjalar.

Di belakang David, Reitama maju beberapa langkah mendekati gadis malang itu yang teruduk di pinggir tempat tidur.

"Kaki lo kena?"

Liliana hanya terdiam, terlihat menghindar dari tatapan menghunus rentina milik Reitama kala cowok itu sudah berada tepat di depannya sembari berjongkok.

Wajah Reitama seperti tidak bisa terbaca, perpaduan antara cemas dan ingin marah atas kecerobohan Liliana sendiri.

Cowok itu mengangkat sebelah kaki Liliana yang tertusuk beling.

"Lo abis ngapain sih sampai ceroboh gini? Liat──luka lo parah. Beling yang nancep juga ukurannya besar," komentar Reitama sedikit meringis.

Meringis melihat darah yang memenuhi semua bagian telapak kaki gadis itu.

"Aduh, bego!" ringis Liliana, refleks mengucapkan kalimat itu. Setelah merasakan beling yang tertusuk di telapak kaki kirinya sudah dicabut.

Sekarang, ia menutup mulutnya sendiri dengan tangan ketika melihat respon Reitama yang melotot tajam.

Liliana menyengir kuda.

"Kalian, ambil kotak P3K, sekarang!" setelah mencabut sisa beling yang tertusuk di telapak kaki Liliana, Reitama membuangnya jauh-jauh.

Menyumpah serapahi serpihan beling itu yang telah melukai orang bahkan bisa saja mencelakai orang yang berjalan melewatinya.

"Gue aja, gue aja." Austin berseru, mengangkat jari telunjuknya kemudian pergi keluar ruangan diikuti dengan David

Melihat kepergian kedua kakak-beradik itu, Reitama menggelengkan kepala seraya tersenyum kecut. Sorot matanya kembali terpaku pada kaki Liliana lalu beralih pada Raihan yang berbicara.

"Gue rasa ini ada hubungannya sama surat yang lo terima tadi," selidik Raihan berkacak pinggang.

Reitama yang masih berjongkok pun mendongakkan kepala.

"Gak mungkin secepet itu, mungkin ini kebetulan aja. Udahlah gak usah di ungkit."

"Surat apa?" tanya Liliana, "apa ada yang ngirim surat cinta lagi sama Tama? Pake kiriman kembang makam lagi? Atau cokelat? Atau malah kasih──"

"Bukan," sela Reitama.

Reitama mengalihkan pandangannya lagi pada sebelah kaki Liliana, mengangkat dan menaruhnya di atas paha. Reitama masih dalam posisi berjongkok, jadi tak ayal bila cowok itu bisa melihat dan merasakan betapa menyakitkannya melihat luka sobekan itu cukup besar dan dalam.

Hide Feelings〔✔〕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang