Jason melihat Liliana sebentar, sebelum dia menghela napas panjang. Dia berjalan mendekati gadis itu, menepuk pundaknya beberapa kali untuk menyadarkan Liliana bahwa Jason masih berada disini.
"Li, aku pulang ya. Kamu gak papa kan disini sendiri? Nanti jangan lupa makan."
Jason tersenyum kecil, berusaha menyembunyikan rasa sesak yang ia pendam kala melihat wajah Liliana. Bagaimana pun juga, gadis itu pernah menjadi miliknya. Hingga hak Jason untuk selalu berada di samping Liliana perlahan di renggut seseorang atas kesalahannya sendiri.
Mungkin, Jason adalah laki-laki terbodoh yang memberikan kesempatan pada laki-laki lain untuk membuat gadisnya tersenyum. Dan ini akibatnya, Jason harus merasakan retakan di hatinya melihat Liliana lebih memilih Reitama ketibang dirinya.
Gadis bertubuh mungil dengan rambut tergerai sampai punggung itu, tersenyum manis. Walaupun wajahnya kucel serta mata sembab, gadis itu tetap terlihat lucu membuat siapa saja yang melihatnya pasti berkeinginan untuk membungkus gadis itu dan membawanya pulang saking gemasnya.
"Jeje, gak mau jengukin Tama emangnya?" Bibir gadis itu membulat begitupun matanya.
Dengan susah payah, Jason menahan diri untuk tidak mencubit sang kekasih. Walaupun dia bisa, itu hanya akan menambah rasa sakit yang harus ia tanggung.
Jason menggeleng sambil berkata. "Gak usah, kasian Darren kayaknya dia ngantuk berat."
Darren menggeleng cepat. "Gue ngakk──pffttt, anjir tangan lu bau ikan asin!"
Namun sebelum cowok itu mengucapkan hal lainnya, Jason sudah terlebih dahulu membekap mulut Darren yang kebiasaan berucap banyak hal dengan terus terang.
Liliana mengerutkan dahinya. "Kenapa Je?"
"Gak! Gak papa, kamu masuk aja gih sama yang lain. Katanya mau ngeliat muka Tama," kata Jason, meskipun harus membohongi perasaannya sendiri yang terasa hancur.
"Oh iya! Yaudah deh, Lily masuk dulu. Jeje hati-hati dijalan jangan ngebut," pinta gadis itu, lalu tersenyum lebar berbalik ingin menuju kamar inap Reitama.
Namun, satu tangan kekar berhasil mencegah langkah Liliana yang hendak pergi.
Di belakang, Jason tersenyum manis. "Jangan nakal selama ada disini, jangan lupa makan, kamu juga harus pulang. Terua jangan kebanyakan nangis, nanti mata kamu ilang. Air mata kamu juga sayang kan kebuang percuma, mending buat nangisin hal bahagia aja. Oh iya, nanti nitip salam aku buat Tama. GWS gitu,"
"Gak Wafat Sekalian, maksud lo Je?" Darren menatap temannya dengan tampang polos.
Langsung mendapat toyoran dari Jason, karena ucapan Darren berhasil menebak apa isi hatinya. Memang itu yang Jason harapkan, tapi terlalu kejam.
Liliana mengangguk sembari terkekeh kecil. "Iya."
Sebelum dirinya melonggarkan tangan Jason di pergelangannya, berjalan pergi menuju ruangan Reitama. Tanpa memperhatikan gerak-gerik Jason yang menghela napas seperti putus asa sesekali menjenggut rambutnya sendiri.
~•~
Pintu berwarna putih dengan kaca berbentuk persegi panjang horizontal itu perlahan terbuka, memberikan suara decitan yang membuat orang-orang di dalamnya kompak melihat ke arah Liliana.
Gadis itu menyengir, berjalan mendekati brankar dimana Reitama tertidur pulas.
Tak di sangka, wajah Liliana berubah pias kala melihat kondisi Reitama. Seluruh bagian wajahnya tertutupi perban, kedua tangannya juga tak terlepas dari luka-luka lecet akibat gesekan tanah dan batu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hide Feelings〔✔〕
Novela Juvenil[ belum direvisi ] "Cowok adalah salah satu makhluk Tuhan yang gak bisa jujur sama perasaannya sendiri." * * * [ warning! gaya kepenulisan masih ugal-ugalan karena waktu itu saya cuma sekedar anak pi...