06 :: Terlambat

2.3K 173 89
                                    

Los Angeles, USA
22:00 PM

"Minggu depan, gue bakal pulang buat lo."

Suasana sepi, keadaan gelap. Semua lampu mati kecuali penerangan yang berasal dari dapur dan itu cukup menenangkan cowok yang tengah menggenggam sebuah frame foto dengan siluet gadis di dalamnya.

Dia, gadisnya. Selama satu tahun ini, ia belum sekali pun bertemu dengannya. Hanya rindu yang bisa mewakili perasaan cowok itu sekarang, bersamaan dengan kasih sayang yang pernah ada dan tidak akan pernah hilang di kekang jarak serta waktu.

Matanya terpejam selama beberapa detik, napas nya mulai teratur. Entah mengapa, suasana gelap satu-satu nya penyembuh di saat dia membutuhkan ketenangan dan saat dia merasa seluruh hidupnya sudah tidak berguna lagi.

Tak sengaja sudut bibirnya terangkat ke atas, membentuk suatu senyuman yang sangat indah kala teringat sesuatu. Ia berjalan, mengambil sebuah kotak hadiah berukuran besar yang di khusus kan untuk orang yang sangat spesial di hidupnya dan orang itu akan segera merayakan hari kelahirannya dalam hitungan hari saja.

Terdengar suara pintu yang terbuka, menampilkan seorang pria paruh baya khas dengan wajah letih nya. Ia menaruh tas hitamnya di pinggir sofa sembari mengistirhatkan tubuhnya sebentar. "Minggu depan kamu beneran mau pulang ke Indonesia, Je?"

Pria yang karap kali di sebut Papa itu menolehkan kepala menatap putranya yang duduk tak jauh dari tempatnya.

Cowok itu mengangguk.

"Iya, Pa. Oh, ya sekalian aku titip salam buat Mama dan calon suami nya disini. Bilangin aku gak bisa ngehadirin acara pernikahan mereka," ucapnya lirih penuh dengan luka yang bersarang dalam tubuhnya dengan senyum getir yang dipaksakan. Cowok itu beranjak dari tempat duduk menuju kamarnya di lantai atas sambil membawa kotak berukuran besar berwarna merah muda di genggamannya.

Cowok itu menghela napas. Tangannya menggenggam erat kotak hadiah yang di pegangnya. "Setidaknya, gue masih punya lo."

"Wait for me back, my dear... "

~•~

Jakarta, Indonesia
06:40 AM

Bruk!

"Awh ..." suara ringisan itu terdengar, dari seorang cewek yang kini sedang mengusap bokongnya yang terasa tak bertulang.

Ia segera berdiri, kembali duduk di atas ranjangnya dengan wajah khas orang bangun tidur. Bahkan terlihat jejak air liur yang menempel di pipinya.

Liliana menyipitkan mata melihat jendela yang sudah terbuka lebar menampilkan cahaya matahari untuk masuk, ia menggaruk tengkuknya yang terasa gatal dengan mata yang belum terbuka sepenuhnya.

Liliana menolehkan kepalanya ke arah nakas, sontak matanya melebar seraya menepuk jidatnya kala melihat jam sudah menunjukkan pukul 06:40 pagi. Ini artinya gerbang sekolah akan segera di tutup dalam waktu dua puluh menit saja.

Cewek itu beranjak dari tempat tidur, berlari mengambil ponselnya yang sedang di charge sembari memasukkan buku pelajaran hari ini dengan asal-asalahan. Bahkan ada satu buku yang sampulnya sudah terpisah dari isi buku.

Liliana mengetikkan satu nama lalu menekan tombol berwarna hijau dan mendekatkan ponsel itu ke telinganya, sambil menunggu panggilannya di jawab ia berjalan ke arah lemari untuk mengeluarkan baju seragamnya. Ia mengapit ponselnya di antara telinga dan leher.

Hide Feelings〔✔〕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang