Hai lagi buat para penghuni Meikarta! Seperti yang aku bilang di part sebelumnya, part 49 ini juga ada kesalahan teknis *lagi_-
Ini gak tau sebenernya yang salah otak aku atau aplikasinya, heran.
So, happy reading!💜💜💜
Reitama masih diam terpaku di atas brankar, ia tak menatap semua orang bahkan mendongakkan kepalanya pun tidak. Cowok itu menunduk, tangannya yang masih terdapat luka-luka memar dan sayatan berusaha sekuat tenaga memijat pelipisnya yang seketika terasa sakit dan berdenyut-denyut.
Penglihatan Reitama seketika kelabu, ia bia melihat kejadian dimana dia dipukuli. Seperti kaset rusak, orang-orang bertubuh besar itu terus terlintas di ingatan Reitama. Tidak ada warna disana, hanya hitam, putih dan juga abu. Semuanya terasa seperti mimpi tapi keadaan Reitama pantas di bilang sudah sadar.
Melihat Reitama mengeluarkan suara desisan, dan juga meringis pelan. Raihan kembali menepuk pundak Reitama.
"Tam, lo gak papa?" tanya Raihan menaikkan sebelah alisnya.
Seketika Reitama melebarkan matanya, lalu berucap tegas. "Gue inget semuanya!"
Dan itu tentu memancing perhatian Liliana, gadis itu mendongak dengan mata membulat.
Buru-buru Liliana mengusap jejak air matanya, menatap Reitama dengan serius menunggu perkataan cowok itu selanjutnya.
Reitama menatap semua orang dengan lekat. "Gue inget..."
"Inget apa?" Kata mereka kompak dengan wajah serius dan penasaran menunggu kalimat selanjutnya dari Reitama.
"Gue inget..." Reitama memijat pelipisnya kembali. "Gue inget kalau gue mau ke kamar mandi." Ceplosnya.
Sejurus kemudia Arian yang sejak tadi berdiri di ujung brankar Reitama berjalan mendekat, sudah tak bisa menahan diri untuk menjitak putranya.
Langsung mendapat pelototan dari Dandra.
"Pa!" Dandra membentak, membuat Arian menyengir kuda dan kembali ke tempatnya mendapati Devin yang tengah cekikikan.
"Pasutri. Pasangan suami takut istri," goda Devin memiringkan kepalanya berbisik pada Arian. Membuat Papa nya itu menatap Devin tajam, bersiap menghajar anak itu kalau sudah tidak berada dekat dengan istrinya.
"Nanti kalo kamu udah punya istri juga tau rasanya," elak Arian menatap Devin penuh kemenangan yang membuat cowok itu memandang Papa nya dengan wajah pias.
Kembali lagi pada Reitama. Cowok itu berusaha menggerakkan kaki nya, namun tertahan oleh Liliana yang sudah lebih dulu mencegah Reitama.
Gadis bertubuh mungil menatap Reitama dengan sorot mata berbinar, berbanding terbalik dengan Reitama yang menatap seolah Liliana adalah orang asing.
"Apa lo?" tanya Reitama dengan nada datar.
"Gue siapa?"
Semua orang terbelalak kala mendengar dua kata yang tak pernah mereka dengar, apalagi kata pertama yang sangat bukanlah tipekal gaya bahasa Liliana.
Beda banget! Batin Devin.
Sebenarnya jika gadis itu berbicara seperti kebanyakan gadis lain dan tidak memanggil diri sendiri menggunakan nama. Mungkin, Liliana akan terlihat seperti gadis biasa yang kalem dan sederhana. Walaupun suaranya agak cempreng.
"Gak tau." Reitama membuang muka.
Membuat Liliana memicingkan matanya mengintimidasi gerak-gerik Reitama yang sangat mencurigakan. Dan saat melihat Reitama yang sempat melirik padanya lalu cepat-cepat membuang muka.
Pada saat itu lah Liliana melebarkan matanya. "WAAAH!! TAMA BOONG NI! PURA-PURA AMNESIA!!!"
Reitama membelalak, dan disaat itu juga perhatian semua orang tertuju padanya. "Sok tau lo, nak tuyul!"
Reitama keceplosan.
"TUH KAN BENERR!!" suara Liliana semakin nyaring menuding Reitama yang jelas-jelas memanggilnya dengan nama ledekan.
"Ngaku Tam, hehe." Raihan menyengir. "Gue udah tau kok."
"Lagian mana ada orang amnesia setengah-setengah," celetuk Devin.
"Gu-gue beneran amnesia!" Elak Reitama.
"Bohong kau, Ferguso!" Liliana membentak. "Tega sekali kau berbuat seperti itu pada Esmeralda mu!"
Semua orang mendelik jijik, begitu pun Reitama.
"Ayo mengaku atau kau aku bunuh!" Suara Liliana semakin tidak karuan. Cewek itu menunjuk Reitama dengan jari telunjuknya sembari memicingkan mata.
Sangat mengintimidasi.
"Awas Tam, ntar kena azab! Semasa hidupnya pura-pura amnesia, jenazah dilupakan saat meninggal! Hayoloh," cetus Austin dengan nada mendramatisir keadaan.
"Iya, Tam. Kalo sampe pilem nya ada di Indosiar ntar ajak-ajak gue jadi pemeran sampingan ya, atau setidaknya jadi dokter yang ngurus lo." Devin menyengir sembari menaik turunkan alisnya dengan kedua tangan terlipat di depan dada.
"Heh! Omongan kalian makin melantur ya," sergah Dandra menatap Austin, Devin dan Liliana secara bergantian.
"Insaplaah waaahai maanusiaaa~" suara nyanyian Devin sukses membuat Reitama geram sendiri, kakaknya itu memang sengaja mencari keributan dengannya.
"IYA GUE NGAKU!"
"Gue cuma pura-pura! Karena gue gak mau lihat ni cewek ada di idup gue lagi! Karena gara-gara dia Shila jadi kehilangan nyawanya," lanjut Reitama.
Membuat Liliana membelalakkan matanya.
"ENGGAK! Lily aja gak tau Shila itu siapa!"
Raihan terdiam menyaksikan perdebatan antara Reitama dan Liliana. Sembari diam-diam mencerna perubahan ekspresi Liliana yang seketika berubah drastis.
* * *
Tbc
Dari belakang aja cakep ya, heran akutu😳
Jangan lupa vote dan comments💜❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Hide Feelings〔✔〕
Novela Juvenil[ belum direvisi ] "Cowok adalah salah satu makhluk Tuhan yang gak bisa jujur sama perasaannya sendiri." * * * [ warning! gaya kepenulisan masih ugal-ugalan karena waktu itu saya cuma sekedar anak pi...