"Jawab gue, lo beneran suka sama Tama?"
Ah, entah sudah keberapa kali Austin menanyakan pertanyaan yang sama meskipun ia sudah menerka bahwa jawaban Liliana berada di antara iya dan tidak sebab cewek itu belum mengucapkan satu patah kata pun.
Bukan karena apa, hanya saja Liliana bimbang akan jawaban yang akan ia lontarkan karena dari awal pun gadis itu sudah memprediksi mendapatkan hati seorang Reitama bukanlah satu hal yang bisa di anggap mudah.
Liliana memalingkan wajahnya ke sisi lain, enggan menatap kilat mata Austin yang menyorot padanya.
Austin berdecak, ia menarik pundak Liliana untuk menatap mata yang seakan menghunus rentina. "Lihat mata gue. Sekali lagi gue tanya, lo. Suka. Sama. Tama?"
Keadaan menjadi tercekat sekarang lalu berangsur keheningan yang terjadi antara kedua manusia itu, Liliana menggigit bibir bawahnya sembari menelan salivanya susah payah.
Ia menundukkan kepala, menatap sepatunya dengan tatapan sendu lalu terdengar suara isakan setelah itu.
"Kenapa lo nangis?" tanya Austin, memiringkan kepalanya.
Liliana mendongak. "Takut sama muka Austin yang berubah serius gitu, biasanya kan kek badut."
"Ayo dong Austin, jangan terlalu dibuat serius. Gak cocok tau sama muka jenaka Austin," lanjutnya.
Mata gadis itu membulat sempurna menatap Austin memelas, tak memperdulikan angin yang melambaikan rambut panjangnya. Terlihat cowok itu berdecak di susul suara helaan napas panjang.
"Gini deh, sebenarnya kalau lo beneran suka sama Tama. Gue bakal bantu deketin kalian berdua, bukan gue doang Raihan sama David juga bakal gabung. Jadi, semuanya tergantung sama diri lo sendiri, emang enak apa nyembunyiin perasaan terus tanpa niat mengutarakan."
"Beneran mau bantu?" mata gadis itu berbinar perlahan senyuman terbit di wajahnya.
"Iya bakal gue bantuin. Makanya jangan lama-lama, takutnya dia di ambil orang atau lebih parahnya lagi lo ditikung!"
"Gimana caranya biar Tama gak di ambil orang?" tanya Liliana penasaran.
Suasana kembali hening, orang yang duduk di sebelah Liliana terlihat diam tak berkutat. Sesekali Austin mengetuk dagunya sambil memikirkan suatu rencana dengan pandangan mata ke atas langit.
"Ehm, jadi gini. Tiga hari lagi kan kita study tour ke Jogja, yang harus lo lakuin..."
Liliana menaikkan sebelah alisnya, mencerna segala ucapan Austin yang sengaja berbisik. Ia menyunggingkan senyum sembari mengangguk setuju.
"Ok, Lily setuju." Ungkap Liliana dengan wajah berseri-seri.
"Sip. Awas aja sampai lo gak berani, bakal gue gantung di Candi Borobudur kalo udah sampe sana. Yang namanya cinta itu harus berani ngungkapin, perjuangin demi kesehatan hati jangan di pendem mulu. Entar sakit perut baru tau rasa," komentar Austin.
"Iya iya. Makasih Austin!" Liliana berseru seraya memeluk Austin refleks.
"Eh apa-apaan lo? Mau tanggung jawab kalau gue baper?" elak Austin menjauhkan tubuhnya dari jangkauan Liliana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hide Feelings〔✔〕
Ficção Adolescente[ belum direvisi ] "Cowok adalah salah satu makhluk Tuhan yang gak bisa jujur sama perasaannya sendiri." * * * [ warning! gaya kepenulisan masih ugal-ugalan karena waktu itu saya cuma sekedar anak pi...