50 :: Bukan Lily Pelakunya

974 92 7
                                    

Seisi ruangan ini hening tanpa ada yang berinisiatif memulai pembicaraan semenjak perkataan pedas yang Reitama katakan pada Liliana.

Napas gadis itu memburu, menatap Reitama kecewa karena menuduhnya sembarangan. Kalau pun Liliana tau Shila itu siapa, pastilah ia akan memberi tahu nya.

Tapi Reitama seenaknya menuduh Liliana tanpa bukti sedikit pun, bahkan tak masuk di akal. Jika Liliana bisa, ia bahkan akan mencakar-cakar wajah penuh luka itu sekarang juga.

"Gue dapet informasi, kalau lo ada di tempat dimana Shila kecelakaan." Reitama membuang muka.

"Lily gak kenal Shila itu siapa," ucap Liliana untuk ke sekian kalinya.

"Udah lah, Tam. Gak guna juga kamu masih mikirin Shila, dia udah tenang disana." Dandra menatap Reitama sesekali menghela napas, ternyata anaknya itu masih belum bisa melupakan masa lalunya.

"Siapa yang ngasih informasi kayak gitu?" sungut Raihan, merasa ada yang tidak benar.

"Carla," dengus Reitama, sangat tidak niat mengucapkan nama itu. Karena jujur, ia sangat membenci gadis berhati busuk seperti Carla.

"Nenek Lampir dipercaya," ucap David menggelengkan kepalanya tak percaya.

"Tapi kata dia, lo ada saat kecelakaan Shila." Reitama melirik Liliana yang masih menatap cowok itu tak percaya.

Raihan menghela napas. Ia rasa ada kesalah pahaman yang terjadi disini, dan harus cepat-cepat di luruskan agar tidak ada perdebatan yang membuat suatu hubungan yang sudah mulai membaik akan kembali hancur.

"Bisa lo jelasin kronologisnya?" tanya Raihan dengan suara rendah namun tegas.

"Lily bener-bener gak ──" ucapan Liliana seketika terhenti saat gadis itu teringat sesuatu.

"Apa jangan-jangan yang mobil Jazz warna kuning itu?" Lanjutnya menatap Raihan dan Reitama secara bergantian.

Liliana ingat! Dulu, mungkin saat ia kelas sepuluh. Ia pernah melihat mobil Jazz berwarna kuning yang melaju kencang ke arahnya.

"Iya!" kata Reitama dengan cepat.

"OH ITU! Iya Lily inget! Tapi bukan Lily yang jadi penyebab kecelakaannya, sumpah!" Gadis itu melotot sembari mengangkat jari telunjuk dan jari manisnya membentuk huruf V.

Liliana menghela napas panjang sebelum mulai bercerita sembari mengingat-ingat peristiwa kurang dari setahun lalu.

"Waktu itu, Lily abis ke supermarket yang di deket jembatan. Kejadiannya jam lima sore kayaknya,"

Perkataan Liliana benar, Reitama sangat ingat waktu dimana ia kehilangan Shila untuk selamanya. Dan dia harus menerima halusinasi ini, dimana Reitama bisa merasakan jiwa Shila yang terasa hidup.

"Jalanan lagi sepi Pas Lily nyebrang sambil makan es krim cokelat yang baru di beli. Tiba-tiba, dari arah kanan ──eh kiri deng. Ada mobil warna kuning jalannya cepet banget kek pembalap dunia. Mobilnya ngarah ke Lily, kayak mau nabrak gitu. Lily yang ngerasa bentar lagi mau mati refleks teriak sambil nyebut biar masuk surga. Eh ternyata, mobilnya gak jadi nabrak Lily dan malah masuk ke jurang di depan Lily."

Austin dan David yang mendengarkan cerita Liliana melebarkan matanya begitu pun Bara, Reitama belum pernah menceritakan tentang Shila sedikit pun pada mereka.

Arian dan Dandra menghela napas. Melihat Reitama memejamkan matanya, tak bisa membayangkan betapa kasihannya Shila waktu itu. Gadis itu sangat baik, tapi kenapa hidupnya sangat tragis.

"Mungkin itu, mobil yang Shila naikin. Kata warga remnya blong," lanjut Liliana menghembuskan napas gusar.

"Remnya blong?" Tanya Reitama tak percaya, ia tidak tahu tentang itu. Karena saat jenazah Shila di pulangnya dari rumah sakit dan polisi mendatanginya. Mereka tidak mengatakan apa pun selain mobil Shila yang tiba-tiba oleng karena si pengemudinya yang menelpon saat menyetir.

"Iya, Lily tau. Soalnya pas itu ada tukang bengkel yang bilang kalau mobilnya pasti blong makanya gak bisa di rem."

"Trus waktu itu, pas Lily liat ke bawah jurang. Mobilnya meledak trus ──"

"Cukup! Gak usah di lanjutin!" Teriak Reitama memejamkan matanya dengan tangan yang terangkat seolah menghentikan Liliana untuk tidak berbicara lagi.

Gadis itu mengatupkan mulutnya, sedikit terpelonjak saat Reitama tiba-tiba berteriak.

"Apa ada orang lain yang gerak-geriknya aneh pas kejadian itu?" tanya Liliana menatap Liliana dengan lekat.

Gadis itu bergumam, berusaha mengingat lagi. Jujur, dia sudah lupa akan kejadian mengerikan yang membuat tidurnya tidak nyenyak selama seminggu.

"Em, gak ada sih. Cuma warga yang pada bergelombol berdiri di pinggir jurang sambil ngeliat ke bawah," kata Liliana.

"Tapi Lily sempet ditubruk cewek pas Lily mau pulang, belum jauh dari tempat kejadian sih. Cewek nya kayak panik gitu pas Lily pelototin, padahal Lily cuma mau iseng aja. Eh, tau nya dia ketakutan." Liliana terkikik geli saat mengingat itu.

"Ceweknya kayak gimana?" Raihan berucap semakin penasaran berbeda dengan Reitama yang sepertinya sudah enggan untuk mendengarkan.

"Ya gitu. Rambutnya item, sepanjang bahu kalo gak salah. Pake masker yang nutupin mulutnya, baju warna item lengkap sama jaket warna selaras. Pokoknya baju nya item semua dari atas sampe bawah kek anak preman," kata Liliana antusias.

"Ya kali Carla kayak gitu?" Celetuk Austin.

Raihan jadi berpikir lagi, sambil menyambungkan antara cewek berbaju hitam, Carla dan juga kecelakaan Shila.

Apa semua itu memiliki keterkaitan satu sama lain?

"Tam, apa lo ingat pas terakhir kali lo liat Carla sebelum kecelakaan Shila dia pake baju apa?" Raihan beralih pada Reitama, membuat cowok itu berdecak.

Terkadang, di waktu tertentu. Reitama sangat membenci dimana ia harus mengingat kejadian menyedihkan itu.

"Pake baju biasa. Kaos warna biru langit dipaduin sama celana jins warna item. Tapi setelah Shila sama Carla pergi dari rumah gue, gue nelpon Carla karena ada barang dia yang ketinggalan. Tapi waktu itu yang angkat bukan Carla tapi pembantunya." Reitama menghela napas gusar.

"Pembantunya bilang apa?" Raihan yakin pasti ada sesuatu yang tidak beres.

"Maaf den, Non Carla nya baru aja pergi setelah ganti baju. Katanya mau ke salon," ucap Reitama menirukan suara pembantu rumah tangga Carla saat itu.

"Pergi ke salon ya."

Terlihat Raihan yang berusaha berpikir keras, menerka-nerka apa yang Carla lakukan di salon. Ada hubungannya atau tidak dengan cewek berbaju hitam yang Liliana lihat. Semuanya terasa rumit!

Raihan berpikir lagi, tidak mungkin rem mobil tiba-tiba tak bisa berfungsi kalau tidak ada orang yang mengotak-atiknya sebelum Shila pergi. Reitama pernah bercerita sebelumnya, waktu itu Shila dan Carla mengunjungi rumah Reitama karena ada suatu kepentingan. Dan Shila bilang, ia akan benar-benar pulang ke rumah setelah mengantar Carla pulang ke rumahnya.

Dan pastinya, rem mobil Shila masih berfungsi sampai gadis itu mengantarkan Carla pulang. Tapi setelah Shila menyetir sendiri, tiba-tiba remnya blong seketika. Tentu itu sangat aneh kalau tidak ada orang yang sengaja merusaknya.

"Apa mungkin Carla pelakunya?" Terka Raihan membuat semua orang mengalihkan perhatiannya pada cowok itu.

* * *
Tbc

Met malem, jarang w update mlm" bru kli ini maybe

Hide Feelings〔✔〕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang