30 :: Sisi lain Reitama

1K 80 3
                                    

Dua cowok yang tingginya di atas rata-rata itu berjalan menelusuri koridor kelas sebelas. Dengan raut muka yang terbilang beda seratus delapan puluh derajat antara yang satu dan lainnya.

Raihan yang awalnya sedang latihan karate pun terpaksa menghentikan aktifitasnya ketika mendengar aduan David mengenai Reitama, bahkan Raihan belum mengganti baju khusus karate itu dengan seragam sekolahnya.

Terlihat sabuk hitam itu terlilit di pinggang Raihan, menandakan derajat cowok itu dalam berkarate sudah terbilang sangat mahir.

Tidak ada yang berinisiatif memulai pembicaraan, Raihan yakin, sampai tahun gajah terulang kembali pun Reitama akan tetap membungkam mulutnya sebelum Raihan berbicara.

"David bilang, lo beberapa kali meleng saat pertandingan tadi. Kenapa?" tanya Raihan begitu lembut.

Langkah Reitama perlahan melambat, cowok itu membetulkan posisi tas ranselnya yang sempat melorot dari pundak kanannya lalu menatap Raihan.

"Lo ingat Shila?"

Raihan lantas mengangguk, lalu menaikkan sebelah alisnya. "Iya, ingat. Kenapa?"

"Gue selalu salah fokus sama dia, gue liat dia duduk di bangku tribun penonton. Awalnya gue gak yakin itu beneran Shila, tapi saat denger suaranya──"

Dengan cepat, Raihan membantah. "Bukan gak yakin lagi, tapi gak mungkin! Lo salah liat kali."

"Gue serius, mata gue gak minus. Gue emang beneran liat Shila tadi," ucapan Reitama menegas.

Namun, tetap saja Raihan mengeleng tak setuju. Pasalnya perempuan bernama lengkap Asheela Olivia itu sudah berada ke pangkuan sang Maha Kuasa, tidak mungkin kalau Reitama melihatnya secara nyata dan satu lagi, Raihan tidak mempercayai adanya hal berbau mistis.

"Ah, lo mah suka ngada-ngada. Orang mati gak bakal hidup lagi, jangan bercanda, gak lucu!"

Raihan mengalihkan pandangannya ke arah lain seraya bergumam kecil. "Orang mati masih diinget-inget."

"Jaga ucapan lo! Mata gue gak pernah salah, apalagi liat orang yang selama ini gue sayang. Paham gak lo?!"

Wajah Reitama memanas, menampilkan sisi lain dirinya yang sudah lama ini tidak Reitama tunjukkan. Wajah cowok itu tampak begitu menakutkan dengan kilat mata yang memancar kebencian, membuat siapa pun yang melihatnya pasti langsung bergidik ngeri.

Jelas saja ia tersinggung, Reitama tidak akan membiarkan siapa pun mengatai orang-orang terdekatnya dengan perkataan ketus.

Setelah mengucapkan itu, Reitama langsung melengos pergi tanpa melirik Raihan lagi. Walaupun kakinya pincang, Reitama berusaha mempercepat langkahnya. Aura mematikannya kembali muncul, mata Reitama menyorot tajam ke depan penuh dengan api yang berkoar.

Raihan berkesimpulan, tatapan Reitama sekarang mungkin tidak ada bedanya dengan Gavin.

Punggung kekar itu perlahan menjauh lalu menghilang seakan ditelan tembok, Raihan hanya bisa menampilkan ekspresi diamnya walaupun sempat tersentak mendengar perkataan ketus Reitama. Raihan rasa perkataannya tidak ada yang salah, semuanya sesuai dengan fakta yang ada.

Raihan menghela napas panjang sambil memijat pangkal hidungnya. "Gue harap lo gak balik sama sikap awal lo lagi, Tam."

Dulu, lebih tepatnya setelah kematian Shila sampai ke pendengaran Reitama. Cowok itu mengamuk seperti orang yang kehabisan akalnya, ia datang ke rumah Shila. Menangisi jasad cewek itu yang sudah terbujur kaku dengan luka-luka di wajahnya. Selama beberapa hari, Raihan tersiksa melihat perubahan sikap Reitama yang cenderung pemarah dan juga ketus.

Hide Feelings〔✔〕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang