"Maaf. Gue bener-bener minta maaf. Karna gue, lo jadi kehilangan dia."
* * *
Lengang.
Semuanya putih.
Dengan suara bergemericik air tanpa sumber.
Laki-laki berambut pirang itu menatap sekitar. Ruangan antah berantah yang tak terdefinisikan dimana letaknya.
Ia melangkah perlahan, matanya mencari-cari objek di ruangan ini.
Tidak ada.
Semuanya putih.
Dimana dia berada? Sejak kapan dia ada disini? Seingatnya, ia pergi dari danau. Berjalan dijalanan yang sepi. Dan tiba-tiba cahaya itu datang. Ia tidak bisa merasakan apa pun lagi.
Saat itu hanya terdengar suara samar-samar di dekatnya. Menjerit kencang penuh pekikan, dan ia mengenali suara itu. Tapi ia tak mengerti mengapa gadis itu menjerit, seraya memanggil 'Tama?'
Memangnya kenapa dengan Reitama?
Ah, sungguh kejadian sejam lalu itu sangat membingungkan. Ia tak mengerti semuanya, apa ini hanya mimpi? Atau apa?
"Katakan, satu permintaan terakhirmu."
Suara parau itu merambat ke tubuhnya, ia seakan merasakan baru saja ada orang yang berbicara. Namun, disekitar sini tak terlihat ada tanda-tanda wujud seseorang.
"Katakan, satu permintaan terakhirmu. Aku akan mengabulkannya." Suara itu terdengar lagi.
Kali ini, laki-laki itu mendongakkan wajah. Menengok ke kanan, kiri, depan, belakang untuk memastikan bahwa ia tak salah dengar. Darimana asalnya suara itu? Sungguh, tempat ini sangat membingungkan. Ia jadi terlihat seperti titik kecil disebuah hamparan kertas berwarna putih bersih yang terbentang luas.
"Kamu hanya punya waktu 1 menit sebelum kamu kehilangan kesempatan itu."
Suaranya terdengar lagi, kali ini lebih tegas, merambat ke seluruh tubuhnya. Laki-laki itu mengerutkan kening, berjalan pelan. Manik matanya menyapukan pandangan ke sekitar.
"Anda siapa? Saya dimana? Tolong bawa saya pulang." Ia berkata lirih, sedikit putus asa setelah lama terkunci di tempat membingungkan ini.
Tempat ini lengang sejenak, tak ada balasan dari 'suara' tadi. Laki-laki itu semakin bingung.
"Tersisa tiga puluh detik. Katakan, satu permintaan terakhirmu. Aku akan mengabulkannya." Kalimat itu terucap lagi.
"Maksudnya apa? Saya dimana? Kenapa saya dibawa kesini? Saya minta maaf jika saya punya salah, tolong bantu saya keluar dari sini." Laki-laki itu meminta, matanya menatap sekitar. Tetap tidak melihat postur tubuh dari orang yang berbicara tadi.
Lengang lagi. Suara itu menghilang, seakan tak ingin menjawab.
"10 detik lagi. Gunakan kesempatanmu dengan baik." Suara itu terdengar membentak, menginterupsi laki-laki yang semakin kebingungan dengan apa yang menimpanya.
"Tujuh."
Laki-laki itu terdiam, berusaha mencerna sekaligus berpikir.
"Enam."
Maksudnya apa?
"Lima."
Kesempatan apa? Siapa orang dibalik suara itu?
"Empat."
Ia benar-benar tak bisa berpikir logis, otaknya seakan buntu. Sekuat tenaga, laki-laki itu berusaha mengatur napasnya. Dan baru menyadari kejanggalan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hide Feelings〔✔〕
Fiksi Remaja[ belum direvisi ] "Cowok adalah salah satu makhluk Tuhan yang gak bisa jujur sama perasaannya sendiri." * * * [ warning! gaya kepenulisan masih ugal-ugalan karena waktu itu saya cuma sekedar anak pi...