22 :: Terbakar emosi

1.4K 90 0
                                    

"Apa lo sadar, awalnya Lily sempat luka karena pecahan beling terus sekarang kecelakaan mobil dan besok apa lagi? Lo nggak ngerasa kalau Gavin yang ada dibalik semuanya."

"Mungkin tanpa gue sadari, Gavin benci sama gue. Terus dia bales pake cara nyakitin orang yang lagi deket sama gue, dia ngerasa kalau seorang Tama bisa terpukul kalau ngeliat orang yang dia sayang tersakiti."

"Gavin juga yang ngirim surat ancaman itu, dia tahu kalau kita bakal pergi ke Kafe dan dia bikin keributan disana."

"Gue sama sekali gak paham sama jalan pikiran abang lo itu, Rai." Reitama berucap panjang lebar.

Sedangkan Raihan sebagai pendengarnya hanya diam sambil mencerna setiap perkataan Reitama, ada benarnya juga. Tapi yang sama sekali Raihan tidak pahami, mengapa Gavin bisa membenci Reitama?

Gavin bukanlah sosok orang yang menjadu saksi segala masa lalu Reitama, tapi bagaimana bisa cowok itu tahu kalau titik kelemahan Reitama adalah orang-orang yang dia sayangi.

Raihan menghela napas kasar sembari mengusap wajahnya. "Kalau pun itu bener, gue bakal temuin dia sekarang."

"Gue ikut," perintah Reitama tak terbantahkan.

Namun, dengan cepat Raihan mengelak. "Gak perlu, dia bakalan marah kalah ngeliat wajah lo. Bahaya, Tam."

"Gak peduli dia mau nyakitin atau bunuh gue, sekali pun dia berani. Gue gak bakal nyerah sebelum gue tau kenapa dia ngirim surat sama nyelakain Lily."

"Terserah lo, pusing gue." ucap Raihan pasrah sembari memijat pangkal hidungnya.

~•~

Raihan dan Reitama sampai pada tempat yang disebut-sebut sebagai tempat persinggahan Gavin selama di Jogjakarta.

Raihan menatap bangunan serba kumuh itu dengan pandangan mata yang tak bisa di artikan, bangunan ini tidak layak untuk seseorang singgahi. Tanaman rambat menjuntai ditembok-tembok yang sudah di penuhi oleh lumut hijau, bahkan rumput-rumput dihalaman dibiarkan panjang begitu saja. Dan yang bisa Raihan simpulkan, selama ini Gavin tinggal di tempat yang terlihat seperti gudang.

Terlihat seperti rumah yang sengaja di kosongkan dan dibiarkan begitu saja.

"Bener ini rumah nya?" tanya Reitama menatap Raihan tak yakin.

"Kata Kakek tua di sebrang jalan sih rumah nya yang ini," balas Raihan.

Sebelum mereka sampai sini, ada seorang pria paruh baya yang diperkirakan berumur lebih dari setengah abad memberikan informasi tentang Gavin. Dimana cowok itu tinggal dan apa saja yang dilakukan Gavin terekam jelas diingatan Kakek tua yang berprofesi sebagai tukang sapu jalanan.

"Cek dulu aja lah."

Setelah lama berpikir, mereka memutuskan untuk masuk. Gerbang yang terbuat dari besi yang sudah berkarat itu perlahan terbuka, memberikan suara seperti decitan yang sangat nyaring dan langsung menampilkan rumah yang lebih mirip sarang hantu.

Raihan dan Reitama berpikir, Gavin tidak ada di dalam karena rumah ini benar-benar menyeramkan. Tapi pemikiran itu berubah saat pintu kayu usang itu sedikit demi sedikit terbuka.

Menimbulkan sedikit celah untuk Raihan menyembulkan kepalanya. Kondisi di dalamnya tidak ada siapa pun, hanya barang-barang usang yang tertutupi debu tebal tapi dari arah lantai dua terdengar suara benda jatuh yang membuat pandangan Raihan dan Reitama kontak beralih ke atas.

Hide Feelings〔✔〕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang