Bab 5

195 27 10
                                    

Viktor Alexander POV

Awkward moment.

Dua kata yang terlintas di otakku ketika melihat Ria di belakangku. Dasar sialan! Dia ngapain ke sini sih? Kenapa dia selalu mengganggu kesenanganku?

Aku tersenyum tipis padanya. "Iya. Emang seru mabalnya."

"Ngapain kamu ke sini?" tanya Vela dingin.

Ria tersenyum...licik (mungkin. Aku tidak tahu) dan duduk di antaraku dan Vela. Untung makanan yang Vela beli sudah habis olehku. Kalau tidak, bisa-bisa Ria meminta makanan itu.

"Gue lagi males belajar. Jadi, gue mutusin buat kabur aja," kata Ria, entah kepada siapa.

Aku melihat kilatan mata Vela penuh amarah, lalu digantikan dengan senyum sinis yang menghiasi wajahnya saat ini. "Aku mau balik ke kelas," kata Vela seraya berdiri dan berjalan meninggalkanku dan Ria.

Dih, memangnya Ria tidak tau kalau berbicara dengan Ratu Es itu susahnya minta ampun? Kalau dia tau, kenapa dia harus ke sini dan duduk di antaraku dan Vela sih?

Aku segera mengejar Vela dan mencekal tangannya.

"Aduh!" seru Vela. "Sakit, Lex!"

Aku memasang tampang bete. "Siapa suruh lo ninggalin gue gitu aja," kataku bete.

Vela menyentakkan tangannya dan berusaha melepaskan tanganku dari tangannya. "Lex, lepasin!"

"Ga mau," kataku sambil menyeringai. "Lo harus sama gue sampai jam mabal kita berakhir."

"Emangnya, kamu siapanya aku sampe harus bareng-bareng terus?" tanya Vela dingin.

Ouch, that's hurt.

Karena ucapannya Vela padaku, aku tidak menyadari bahwa tanganku semakin lemah sehingga mudah untuk disentakkan oleh Vela. Vela segera menyentakkan tanganku dan menatapku dingin. "Sana, temenin orang bejat!"

"Terus, lo mau ke mana?" tanyaku heran.

"Mau ke kelas," kata Vela ketus. "Mau belajar dengan baik dan benar sehingga mendapatkan nilai yang lebih baik lagi."

Aku menyunggingkan senyum sinisku. "Sok puitis banget sih lo!"

"Biarin," sahut Vela datar. "Udah ah, aku mau balik ke kelas. Sana, temenin orang bejat. Kesian ga ada temen."

Vela segera berjalan meninggalkanku tanpa mempedulikan teriakanku yang terus memanggil namanya.

###

"Lo tuh gila atau gesrek sih?" tanya Nando kesal.

"Dari awal pelajaran sampe pulang sekolah, lo ga balik-balik ke kelas!" teriak Tama.

"Kecuali buat ngambil tas," sahut Frankie dengan malas. "Lo ke mana aja sih, Lex?"

"Vela juga ga balik-balik ke kelas tuh," kata Tama. "Dia suka mabal?"

"Iya," sahut Nando dan Frankie hampir bersamaan.

"Lo berdua mabal bareng?!" teriak Tama yang segera mengambil kesimpulan begitu saja. Dan sialnya, kesimpulan yang diambilnya itu terlalu tepat!

"Lo semua berisik banget sih!" bentakku kesal. "Gue ga anter pulang nih!"

"Sori, masih ada mobilnya Nando," sahut Tama sombong.

"Dikira cuma lo yang punya mobil!" seru Frankie mencemooh.

"Lo lupa kalo gue punya mobil?" tanya Nando dengan tampang sok sedih.

Aku mendelik sebal pada mereka dan kembali berjalan menuju mobilku yang terparkir manis di depan sebuah pohon yang cukup besar.

Aku segera memasuki mobilku dan men-starter mobilku dengan segera (omong-omong, sekolahku memang mengijinkan kami untuk mengendarai mobil mulai dari kelas tujuh. Entah sekolah macam apa ini, yang jelas, kami boleh mengendarai mobil kami asal punya SIM dengan cara nyogok). Mereka bertiga berteriak-teriak supaya aku mau menunggu mereka. Yah, kebetulan hari ini mereka memang akan berkumpul di rumahku.

{#MGF1} My Girl Friend My Soulmate--CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang