Bab 14

108 14 0
                                    

Kilana Jeanny Laurence POV


"Ya udah, kita kudu rapat di rumah lo, La," putusku pada Sheina dan Vela.

"Mau di rumahku aja?" tanya Vela.

"Iya lah! Ya kali di rumahnya si cabe," kata Sheina sambil tertawa.

"Oke deh. Besok, pulang sekolah, kalian berdua ikut aku. Kita naik mobilku aja," kata Vela. "Terus..." Vela menunjukku. "Kamu kasih tau ke adikmu juga."

"Beres, La," kataku. "Ana juga kan?"

"Jelaslah!" seru Sheina. "Dia kan satu-satunya harapan kita."

Vela mengangguk menyetujui Sheina. "Dia harapan kita dan saksi nyata. Ya udah, sampai ketemu besok!"

Vela segera meninggalkanku dan Sheina di taman.

"Vela nerima surat itu kapan?" tanya Sheina padaku.

"Pas kita beres ujian. Pulang sekolah, dia ke toilet. Terus pas balik, surat itu udah ada di laci mejanya," kataku. "Bahkan Nita dan Cindy yang jagain barangnya Vela pun ga tau soal itu."

Sheina hanya mengangguk pelan. "Ya udah, kita cari bareng-bareng aja. Selama si penulis surat itu ga macem-macem sama kita," kata Sheina yang segera saja disetujui olehku. "Ya udah, gue balik ke kelas dulu ya."

Aku mengangguk pelan.

Perasaan yang aneh segera hinggap di hatiku. Kenapa aku merasa kalau si penulis ini sedang tersenyum di belakangku?

Aku buru-buru membalikkan badanku. Tidak ada orang. Ya iyalah! Sekarang kan masih jam pelajaran! Mana ada yang mau keluar kelas kecuali anak-anak yang sudah terbiasa mabal, seperti Vela dan Alex? Bahkan aku saja tidak terbiasa mabal.

Tapi sumpah, kenapa aku merasa takut begini?

###

Viktor Alexander POV

Aku melihat Kila di taman sedang termenung, memikirkan sesuatu. Entah apa.

"Ila? Lo ngapain di sini?" tanyaku.

"Mabal," katanya dengan pandangan kosong.

Aku memetikkan jariku di depan mata Kila. "Eh, sadar!"

Kila menepis tanganku dengan kasar dan memelototiku dengan ganas. "Apa sih lo?!"

"Yah, abisnya lo ngeliatinnya kayak kosong banget pandangannya! Gue kira, lo kemasukan," kataku.

"Sialan lo," kata Kila bete lalu kembali hening.

Aku mengeluarkan handphone-ku dan meletakkannya di bangku. "Ngapain mabal?"

"Suka-suka gue," sahut Kila jutek.

Tring...tring...

Ah, ada notifikasi!

Aku segera menatap handphone-ku yang tergeletak di bangku. Ternyata, Kila juga sedang melirik ke arah handphone-ku. Aku segera mengambil handphone-ku.

Sial. Kila lebih cepat.

Kurasa, dia adalah manusia setengah setan. Habisnya, untuk ukuran manusia, tidak ada yang bisa bergerak secepat itu.

"Ila," kataku. "Balikin hape gue."

"Ga mau," sahut Kila sambil memasang tampang sedingin es padaku. "Gue pinjem hape lo seharian ya. Dadah!"

Kila segera meninggalkanku. "Heh! Hapenya dibalikin ya!" seruku jengkel.

"Tenang aja. Asal seharian ini, gue pake hape lo," kata Kila sambil tersenyum sinis. "Gue duluan ya!"

Aku mengangguk. Kurasa, Kila bisa dipercaya. Tapi tunggu, buat apa dia meminjam handphone-ku?

"Alex? Kamu kok ada di sini?"

Aku segera memutar tubuhku dan mendapati Vela sudah duduk di sebelahku. "Lo ngapain ke sini?"

"Tadi sih, aku lagi mabal bareng sama Kila dan Sheina. Tapi, Sheina balik ke kelas. Aku baru balik dari toilet dan Kila...dia ke mana? Bukannya tadi Kila ada di sini?" tanya Vela padaku.

"Kayaknya, dia ngira lo balik ke kelas deh. Jadi dia balik ke kelasnya juga," kataku. "Eh, omong-omong gimana? Si pelaku surat kaleng udah ketemu?"

Aku melihat seulas senyum sinis bercampur dengan dingin tampak dari bibirnya Vela. "Aku tau siapa yang nulis, tapi ga punya bukti kuat."

"Siapa..."

"Dan kamu," kata Vela menyelaku cepat. "Jangan banyak nanya. Aku lagi males ngejelasin semuanya."

Aku terdiam. "Ya udah lah, kita bahas yang lain aja," kataku.

Sebenarnya, aku ingin memberitahu Vela bahwa aku memiliki seorang kakak. Habisnya, aku merasa nyaman saja kalau sudah curhat pada Vela. Rasanya, pasti aman dan bebas.

"Eh, La," kataku. "By the way, gue punya..."

"Vela? Lo kok ada di sini?"

Rasanya, sudah tidak asing lagi mendengar. Tapi rasanya, asing kalau mendengar suaranya di sini.

Aku melihat muka Vela menegang dan segera mengeraskan rahangnya. Aku sendiri malas untuk berbicara pada orang yang telah memanggil Vela. Vela memutar badannya dengan perlahan.

"Kamu tau?" tanyanya padaku dengan kesal. "Apa yang paling menyebalkan dalam hidupmu?"

Aku ikut berbalik dan menatap Vela. "Apa?"

"Bertemu sama mantan yang paling brengsek."



651 words

maaf ya kali ini singkat

sengaja. gua ga mau ngasih tau mantannya Vela dulu.

omong-omong, kenapa gua jadi greget sendiri ya? pengen nabok diri sendiri gitu...gegara ga cepet-cepet ngasih tau mantannya Vela yang sialan ituuu...

oke, gua mulai gila.

abaikan dan jangan lupa komen sama vote ya!!!

jangan lupa juga follow CHAVERALIVENA di instagram.

kalo mau nanya-nanya, boleh dm kok.

kalo ada pertanyaan yang bagus, nanti gua post kok :)

segitu aja yaks untuk kali ini. apdetnya cepet kok. suwer.

salam dari mantannya Vela lagi :)



Bab 15 is coming soon...

{#MGF1} My Girl Friend My Soulmate--CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang