bab 9

118 19 6
                                    

Kilana Jeanny Laurence POV


Sudah pernah kukatakan belum, kalau Vela ngamuk, bukan cuma mukanya saja yang jadi menyeramkan. Suasana pun menjadi menyeramkan. Ditambah, sekarang sudah pukul tiga sore.

"Tunggu bentar," kata Vela lalu menatapku dengan ceria. Kurasa, diam-diam cewek ini jago akting. Habisnya, di saat-saat menegangkan, dia masih berani memamerkan sebuah keceriaan yang sama sekali tidak berarti. "Kamu udah pernah denger aku ngomong kasar belum, Ila?"

Ila. Panggilanku memang Ila. Habisnya, kalau aku dipanggil 'La', nanti bukan hanya aku saja yang menengok. Vela juga.

"Belom tuh," kataku sambil tertawa kecil. "Kenapa?"

"Mau denger ga?" tanya Vela dengan nada yang lucu.

"Boleh, boleh," kataku menyetujui.

Aku segera disenggol oleh Tama. "Lo apa-apaan sih?" tanya Tama.

"Ga apa-apa. Jarang-jarang ngedenger Vela ngomong kasar," kataku. "Paling kasar juga cuma bego."

Kulihat Tama menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Woi, anjing. Jawab!" bentak Vela. "Sia bilang aing takut?"

Rasanya aku ingin bertepuk tangan untuk keberanian Vela saat ini. Asal kau tau, Vela ga pernah ngomong kasar sebanyak itu. "Lanjutin, La!" seruku.

Ria masih terlihat ketakutan sedangkan Alex juga masih memegang tubuh Ria yang nyaris mendarat di lantai. Astaga. Kalau saja aku tidak mengenal kedua orang itu, aku pasti sudah mengira mereka ini dua orang yang so sweet banget. Tapi sialnya, aku mengenal mereka—Ria dan Alex.

"La...lepasin rambut gue," kata Ria dengan nada yang hendak menangis. "Gue..."

"Berisik lo!" bentak Vela penuh kebencian. "Lo ga jawab pertanyaan gue, ga akan gue lepasin!"

Belum pernah aku melihat Vela semarah dan segila ini.

"Iya!" teriak Ria berang. "Gue yang bilang lo takut!"

Vela menarik rambut Ria semakin kencang dan melepaskannya begitu saja. Ria terjengkang dan tubuhnya ditangkap oleh Alex yang sudah siap untuk menangkap tubuh Ria.

Kudengar Vela tertawa sinis. "So sweet banget ya. Nyelametin sahabatnya. Kayaknya, Kila sama Tama pun belum pernah kayak gini."

Aku tersenyum sinis. "Emang belum pernah. Lo pikir, gue alay kayak orang bejat, hah?" tanyaku sinis. "Dijambak doang tereaknya kayak orang gila."

"Lo pikir ga sakit, hah?" tanya Ria setelah diselamatkan oleh Alex.

Aku tertawa sinis. "Ngeliat lo yang masih bisa marah-marah setelah dijambak, kayaknya ga sakit-sakit banget tuh," kataku.

"Sialan lo!" bentak Ria yang kini terlihat kacau. Kemudian, Ria menatap Vela penuh dendam. "Denger ya! Gue bakal bikin pengakuan sekarang! Kalo perlu, dicatet semua kata-kata gue!"

Kebetulan, aku ini orangnya suka menggunakan akal sehat. Aku segera mengeluarkan handphone-ku dan menyalakan perekam suara. Tama yang ada di sebelahku, hanya tersenyum tipis melihatku sibuk merekam suara.

"Gue, suka ngedeketin cowok, karena satu orang! Dan emang ada satu orang aja!" bentak Ria brutal. Bahkan Alex yang ada di sebelahnya pun tidak mempan.

{#MGF1} My Girl Friend My Soulmate--CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang