Bab 30

90 8 5
                                    

Viktor Alexander POV

"Lex, makasih ya udah nganterin aku," kata Vela padaku.

Aku tersenyum padanya. "Iya, sama-sama," kataku. "Oh iya, kapan mau omongin soal..."

"Sekarang aja. Besok hari Minggu kan?" tanya Vela.

Aku mengangguk. "Ya udah, sini masuk dulu," kataku mempersilakan Vela masuk ke rumahku.

Vela segera masuk ke dalam rumahku dan duduk di ruang tamu (setidaknya, dia masih sopan. Tidak seperti ketiga temanku yang kayak curut. Malah nyelonong ke kamarku begitu saja).

"Bentar ya, La. Gue ambil minum dulu," kataku sambil menuju dapur.

Vela tidak menjawabku. Dia malah melihat foto-foto yang ada di ruang tamuku. Aku sendiri segera mengambil minum untuk Vela dan diriku.

"Ini, La. Minum ya," kataku padanya.

Vela menoleh padaku dan mengangguk cepat. "Iya, nanti kuminum," kata Vela. "Omong-omong, ini orangtuamu?"

Vela menunjuk salah satu foto yang ada di ruang tamu. Saat itu, aku, Axel, dan kedua orangtuaku sedang tersenyum bahagia. Tak ada senyum munafik yang terpancar dari foto itu.

Sialnya, foto itu saat aku masih kelas 1 SD.

"Iya. Kenapa gitu?" tanyaku pada Vela.

"Keliatannya mereka baik," kata Vela. "Tapi sayang, kayaknya ada sesuatu yang terjadi di sini. Jadi, senyum mereka ga setulus waktu kamu kecil."

"Kok lo tau sih?" tanyaku heran. Jangan-jangan, jiwanya Kila merasuki Vela.

"Tau dong. Liat aja foto-foto yang di sebelahnya secara berurutan. Senyumnya ga tulus lagi. Emang keliatan seneng, tapi ga tulus dan keliatan dipaksain," kata Vela. "Emang ada masalah apa?"

"Masalah apa maksud lo?" tanyaku pura-pura tidak tau.

"Masalah keluarga apa?" tanya Vela lagi.

"Oh...itu...jadi gini." Jujur saja, aku belum pernah cerita ini pada siapapun. "Dulu, waktu gue kelas tiga, gue ga sengaja denger pembicaraan ortu gue di kamarnya. Gue kan masih kecil, jadi yah, ngerti-ngerti ga gitu lah. Ortu gue itu ternyata lagi ngerencanain perjodohan," kataku.

"Perjodohan?" tanya Vela sambil tertawa kecil. "Jadi, kamu atau Axel yang dijodohin sama orangtuamu?"

"Kita berdua. Tapi itu awalnya. Pas gue udah ngerti maksudnya soal perjodohan itu, gue langsung menjauhkan diri dari mereka. Tepatnya sih, gue sama kakak gue. Kita berdua sama sekali ga setuju sama yang namanya perjodohan. Apalagi, pas gue kelas empat, gue tau maksud mereka ngejodohin gue sama Axel," kataku sambil tersenyum sinis.

"Emang buat apa kalian dijodohin?" tanya Vela.

"Biasalah. Bisnis," kataku mencoba santai. "Pas gue tau alesan mereka ngejodohin gue dan Axel, yah, udah jelas gue ngamuk lah. Dan sampai sekarang, menurut gue itu wajar. Lagipula, siapa yang sudi sih dijodohin demi perusahaan doang?"

Vela tersenyum tipis. "Emangnya, kamu dijodohin sama siapa?" tanya Vela baik-baik.

Aku menghela nafasku. "Lo harus janji ga boleh teriak ya," kataku sambil tersenyum.

"Iya," kata Vela sabar. "Emangnya siapa?"

"Gue...dijodohin sama Ria," kataku.

{#MGF1} My Girl Friend My Soulmate--CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang