Bab 10

126 15 0
                                    

Viktor Alexander POV

Jangan tanya seberapa kaget dan seberapa herannya aku saat ini. Aku sedang tidak ingin ditanya (lah, gue ge-er banget ya. Siapa yang mau nanya ke gue?) dan tidak ingin diganggu (lah, ini juga. Siapa juga yang berani ganggu gue?).

"Gue ga gila, Bangsat!" bentak Ria lagi, kali ini pada Kila.

Kila segera tersentak dan menjauh dari Ria.

Lah, dia pikir dia nyentak Kila doang? Aku juga tersentak keles!

"Eh, ga usah teriak-teriak ah!" bentakku bete. "Berisik tau!"

Ria tetap menangis keras sedangkan tangannya sudah berhenti memukul meja. Tatapanku beralih dari Ria ke arah Vela. Aku melihat dia sedang menatap Tama, Frankie, dan Nando. Kurasa, persahabatan benar-benar bisa menular sifat ya. Saat ini, aku merasa kalau Vela sedang membaca pikiran mereka seperti yang biasa dilakukan oleh Kila.

Tatapan Vela kembali jatuh padaku. Kini, dia menatapku takut dan matanya mulai berkaca-kaca. Tapi, di luar pemikiranku, dia malah mengeraskan rahangnya. Seolah-olah dia marah padaku.

Jangan tanya kenapa dia marah sama aku! Aku kan sudah bilang, aku tidak mau ditanya!

Vela membuang muka lalu berjalan seraya berkata padaku, "Ikut aku."

Aku menatap ketiga temanku dan Kila. Teman-temanku segera mengangguk pertanda mempersilakanku untuk mengikuti Vela. Tadi, kalau aku tidak salah lihat, Vela datang ke kantin dari arah taman sekolah. Terus, kenapa dia mengajakku ke sini?

"Ada apa, La? Lo sakit?" tanyaku setelah sampai di taman.

Vela menatapku tajam. "Iya, sakit! Abis dikata-katain sama orang bejat, abis dibentak-bentak sama sahabat kamu, dan abis diteriak-teriakkin suruh mati!" kata Vela tajam.

Aku tertawa melihat Vela yang marah-marah seperti itu. "Terus, kenapa lo marahnya ke gue?"

"Kamu kan sahabatnya!" bentak Vela sebal. "Tuh, urusin aja sahabat kamu yang lagi gila!"

"Lah, bukannya lo yang nyuruh gue ke sini?" tanyaku heran.

Vela terdiam lalu mukanya mendadak jadi merah. "Oh iya ya," gumam Vela.

Aku tersenyum lalu mendekati Vela. "Kenapa? Kenapa Ria nyalahin lo?" tanyaku.

Vela hanya tersenyum sinis. "Mana aku tau. Dia kan sahabat kamu. Kamu nanya ke dia aja," sahut Vela sinis.

"Eh, kalo lo ga tau alesannya kenapa, terus, kenapa muka lo pucet banget pas dikata-katain sama Ria? Lo pasti tau alesannya kan?" tanyaku yang keponya mendadak muncul.

Vela menatapku tajam lalu mengangkat salah satu sudut bibirnya yang membuat tampangnya seperti sedang tersenyum licik. "Aku memang tau alasannya. Tapi, aku bukan sahabatmu dan Ria adalah sahabatmu," kata Vela. "Kamu tanya aja sama dia. Jangan sama aku."

"Biarpun dia sahabat gue, gue lebih peduli sama lo, La," sahutku cepat. "Lagian, gue pengen nanyanya sama lo, bukan sama Ria."

Vela tersenyum sinis. "Oh gitu. Kalo Ria denger kamu ngomong gitu, dia pasti udah ngejambak kamu," katanya sinis.

Aku melihat Vela merogoh sesuatu dari kantong roknya. Setelah ketemu, dia segera mengeluarkan benda yang ada di kantong itu.

Astaga. Itu kan cutter.

{#MGF1} My Girl Friend My Soulmate--CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang