Bab 28

102 8 2
                                    


Viktor Alexander POV

Rasanya aku ingin menempeleng mulutku yang sialan ini.

Saat di mobil, kami berdua sama-sama hening. Tidak ada yang mau membuka pembicaraan.

"Ehm, Lex," kata Vela canggung. "Maksud ucapanmu tadi..."

"Kita omongin soal itu nanti aja, La. Kan lo sendiri yang suruh gue buat omongin hal ini nanti," kataku seraya fokus menyetir. "Omongin yang lain aja."

Vela berpikir sebentar. "Ehm, oke. Kakakmu keadaannya gimana?" tanyanya.

Aku tersenyum masam. "Bisa ganti topik lagi ga?" tanyaku sebal.

Vela tertawa kecil. "Kenapa? Kamu kan suruh ganti topik. Sekarang, malah suruh ganti lagi," kata Vela. "Maunya ngomongin apa sih?"

Aku menghela nafasku. "Mending omongin soal keluarga. Bo-nyok lo ada di mana?"

"Ga tau," kata Vela datar. "Udah ilang kali."

"Kok ilang sih?" tanyaku heran.

"Orangtuaku kerja di luar negeri. Mereka cuma pulang ke Bandung tiga bulan sekali, dan di Bandung pun hanya kurang dari satu minggu," kata Vela makin datar.

"Eh, oh, oke. Kalo lo ga mau bahas ini, tinggal bilang ganti topik aja ke gue," kataku agak canggung.

"Ga apa-apa kok, Lex," kataku. "Kurasa, aku memang harus bercerita tentang keluargaku padamu."

"Kenapa?" tanyaku.

"Kurasa, kamu bisa kupercaya," kata Vela sambil menatap jalanan. "Jaga rahasia tentang keluargaku dari siapapun ya, termasuk dari Kila. Dia juga ga tau kok."

Awalnya aku menatapnya aneh, tapi kemudian, senyum tipis membayang di bibirku. Karena aku tau satu hal.

Dia percaya padaku, lebih dari sahabatnya sendiri.

###

"Muka lo kenapa kusut banget sih, Lex?"

Pertanyaan itu terlontar dari mulut Tama setelah aku dan Vela sampai di Three Bears.

"Emangnya, muka gue ada apa, hah?" tanyaku.

"Ga ada apa-apa sih. Cuma, muka lo pas dateng ke sini tuh berbanding terbalik dengan muka Vela yang sedikit cerah," kata Tama lalu berbisik padaku. "Gue bilang sedikit karena muka dia tetep nyeremin kalo sinis."

Aku segera tertawa. "Jahat banget lo!" seruku spontan.

Tama tersenyum masam. "Yah, gini-gini juga gue takut sama Vela, kali!"

"Siapa yang takut sama aku?" tanya Vela datar.

Kami semua langsung hening. Perlahan, kami semua menatap Tama dengan tampangnya yang memucat dan tegang. Mukanya makin pucat saja ketika Vela menatap Tama datar.

"Kamu takut sama aku?" tanya Vela sambil berkacak pinggang. Kuduga, dia sedang menahan tawanya sendiri.

Tama terdiam. Dia berbisik padaku dari tempatnya. "Lex, bantuin gue napa?"

Semuanya mendengar bisikan dari Tama, namun tetap hening. Sampai pada akhirnya, Vela tertawa kecil pada Tama. "Kenapa kamu harus takut sama aku, hah?" tanyanya sambil tertawa.

{#MGF1} My Girl Friend My Soulmate--CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang