Bab 23

101 9 1
                                    

Kilana Jeanny Laurence

Nita memang kurang ajar.

Tadi, saat Nita bisik-bisik dengan Dena, ternyata dia membisikkan...

"Kakakmu itu, Velandra Victoria, pacaran sama Alex, tau!"

Yah, sudah tidak aneh kalau Dena mendadak histeris karena bisikkan Nita yang sialan itu—tapi fakta.

Eh, ga fakta sih, cuma mereka kelihatannya saling suka.

Intinya, Nita memang kurang ajar.

"Jadi, lo bakal ke rumah sakit?" tanyaku ketika Vela duduk di sebelahku.

Vela mengangguk.

"Perlu gue temenin atau gue intai?" tanyaku pada Vela lagi.

"Ga usah lah," kata Vela kalem. "Tenang aja, aku ga akan ngehajar dia lagi kok. Paling-paling kusembur dengan kata-kata paling kasar dan paling kurang ajar sedunia. Itu saja."

Lawakan Vela memang selalu menyeramkan. Yah, ga selalu juga sih. Tapi, rata-rata begitu. "Baguslah," kataku sambil tersenyum. "Biar dia tau rasa."

Vela mengangguk mantap dan tersenyum sinis. "Udah jelas sih."

"Si Axel tuh kurang ajar banget," kataku sinis. "Udah jelek, payah, ga tau diri, hidup lagi!"

Vela tersenyum sinis lagi. "Emang. Ga tau dirinya kebangetan!"

"Eh, La," kata Sheina menyela. "Sori ya ganggu."

"Apaan?" tanya Vela pada Sheina.

"Kata gue, kayaknya si Alex tuh pergi dari kantin gara-gara lo deh," kata Sheina.

"Maksudnya?" tanya Vela.

"Maksudnya..." Aku menjelaskan pada Vela. "Alex tuh sebenernya ga mau nemenin lo ke rumah sakit cuma mau ketemu sama kakaknya, alias si Axel yang sialan, brengsek, goblok, dan bejat itu. Dia cemburu sama kakaknya sendiri," kataku sambil tersenyum misterius.

Sudut mataku menangkap Sheina sedang menatapku dan mengangguk puas. "Iya. Bener banget."

"Maksudnya?" tanya Vela lagi.

"Ah, lemot lo mah!" seruku jengkel. "Giliran pelajaran aja, bagus. Giliran soal beginian, begonya ga ketulungan."

Aku melihat Vela tersenyum misterius sekilas lalu digantikan oleh senyum sinis. "Terserah deh."

Aku tersenyum samar melihat Vela begitu.

Kurasa, Vela mengerti maksudku tadi.

###

Velandra Victoria POV

Aku berjalan berdampingan dengan Alex di rumah sakit dengan lambat. Aku menuju lift dan menekan tombol 3.

Kamar 331. Kamar itu terletak di depanku ketika pintu lift terbuka dengan otomatis. Aku dan Alex sempat berpandang-pandangan sebentar. Kurasa, dia sendiri juga belum pernah menjenguknya. Kami berjalan lima langkah dan berdiri di depan pintu kamar 331.

Alex memegang bahuku dan berkata, "Santai aja, La. Lo jangan kebawa emosi dan satu lagi, lo omongin semua yang lo harus omongin ke dia, kecuali kalo ada pacarnya."

"Emangnya, siapa pacar kakakmu sekarang?" tanyaku pada Alex—mendadak kepo.

Alex mengangkat bahunya. "Seinget gue, dia balikan sama mantannya."

{#MGF1} My Girl Friend My Soulmate--CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang