DUAPULUH TUJUH

356K 18K 644
                                    

Hallo selamat malam....

Ada yang nunggu?

Ada yang kangen?

Ada yang penasaran?

Ada dong pastinya, okay tanpa banyak kata selamat membaca

💉💉💉

"Akhh..." Arini memekik saat kakinya terasa nyeri.

Kaki Arini tanpa sengaja terkantuk batu besar, membuat punggung kakinya mengeluarkan darah.

"What the hell" geram Arini, dengan terpaksa dia harus mendudukkan dirinya di tepi jalan yang sepi itu.

Arini meringis saat kakinya yang terluka tertimpa air hujan, membuat rasa perih langsung ia rasakan.

Arini langsung mendongak saat merasakan tidak ada air hujan yang membasahi tubuhnya lagi dan menemukan sebuah payung berwarna abu-abu melindunginya.

"Revano" lirih Arini saat melihat wajah tampan itu terbasahi oleh air hujan.

"Kenapa malah duduk di tengah hujan. Kamu mau sakit?" tanya laki-laki itu dengan nada dinginnya.

Arini menunjuk punggung kakinya, membuat Revano mengalihkan pandangannya dari wajah Arini ke punggung kaki gadis itu.

Revano menghela nafasnya sebelum mengulurkan tangannya, mencoba membantu Arini bangkit dan dengan segera Arini menggapai tangan yang sudah mulai dingin itu.

"Arrggghhh" geram Arini saat tanpa sengaja dia terhuyung menabrak dada Revano, membuat keduanya kini terlindung dari air hujan karena ada payung yang menaungi keduanya.

Arini mendongak dan matanya langsung menatap mata indah itu, mata yang entah mengapa berhasil membuat perasaan Arini menghangat.

Arini mendongak dan matanya langsung menatap mata indah itu, mata yang entah mengapa berhasil membuat perasaan Arini menghangat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sakit?" tanya Revano dan Arini hanya bisa menganggukkan kepalanya.

Arini merasa kakinya seperti jelly, kenyal dan tak bertulang, dia yakin tubuhnya akan meluruh kalau saja tangan Revano tidak melingkar di pinggangnya.

Cup...

Arini membolakan matanya saat bibir Revano yang tipis menempel di bibirnya, tidak hanya menempel, tetapi juga menyesap bibir bawahnya dengan lembut.

Arini yang awalanya terkejut pun akhirnya menutup matanya, menikmati ciuman pertama mereka.

Arini membuka matanya berlahan saat dia tak merasakan lagi bibir Revano di atas bibir mungilnya.

"Ayo. Aku antar kamu pulang" kata Revano melingkarkan tangannya di pinggang Arini dan menuntun gadis itu menuju mobilnya yang berada tak jauh dari sana.

The Sexy Doctor Is Mine✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang