BAB 9 ー Curhat

15K 1.2K 25
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Tidak banyak kegiatan yang Stella lakukan pada hari libur sekolah. Biasanya ia hanya menonton film-film kesukaanya, membaca buku, atau sekedar bersantai dengan keluarganya.

Verona, salah satu teman dekat Stella saat dirinya sekolah di SMA Global, rajin berkunjung ke rumah Stella untuk menemani gadis itu di rumahnya saat hari libur. Kebetulan, rumah mereka jaraknya tidak terlalu jauh dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki.

"Jadi, lo masih harus pake tongkat ya, La?" tanya Verona yang sudah mendudukan diri di kasur empuk milik Stella. Stella hanya mengangguk menjawab pertanyaan Verona.

"Nanti kalau lo ada jadwal periksa sama dokter fisioterapi lo yang ganteng itu, ajak gue lagi ya," pinta Verona.

"Ve, dokter Ari udah punya anak istri. Astaga, mau jadi pelakor lo?" tanya Stella seraya ikut menundukan diri di kasurnya.

"Abis ganteng banget sih, La. Tampan dan mapan, itu tipe gue banget gila."

"Cari cowok lain sana, jangan rusak rumah tangga orang. Lagian dokter Ari juga enggak bakal mau sama bocah SMA, yakali."

Verona cemberut, semetara Stella hanya tertawa kecil melihat reaksi sahabatnya itu dan mulai berbaring di tempat tidurnya.

"Stok cogan potensial di SMA Global udah menipis, La. Lo cariin dong di Pranata, kan gudangnya cogan tajir dan potensial di sana."

Begitulah Verona, teman dekatnya yang satu ini memang hobi sekali membahas yang ganteng-ganteng dan potensial untuk masa depan.

"Dih gamau, cari aja sendiri. Lagian bukannya kenalan lo banyak ya di Pranata?" tanya Stella setelah ingat dengan Verona yang dulu sering membicarakan temannya yang anak Pranata.

"Siapa? Enggak ada tuh," kilah Verona.

"Yang waktu itu deh, sebelum gue kecelakaan, lo ada rencana mau kenalin gue sama anak Pranata yang lo bilang ganteng banget," ujar Stella mengingat-ingat.

"Oh dia, eh lo masih mau gue kenalin?" goda Verona dengan wajah yang menyebalakan.

"Dengan kondisi gue yang begini? Kabur kali tu cowok," tandas Stella malas.

"Duh La, please deh. Lo dari dulu enggak pernah berubah ya, selalu ngerasa enggak PD sama apa yang lo punya. Padahal apa sih yang kurang dari lo? Banyak yang bilang lo tuh perfect, cantik iya, pinter iya, baik banget iya. Dulu apa sih yang bikin lo selalu ngerasa rendah?

"Terus sekarang, dengan kondisi kaki lo yang belum sembuh total, lo jadi makin menjadi-jadi. Ah, kesel gue jadinya. Padahal kan ini enggak akan selamanya. Lo bakal bisa jalan normal lagi tanpa perlu pake tongkat. Jadi, berhenti ngerasa diri lo sendiri rendah, lo itu punya segalanya Stella, bangga dong."

Stella terkekeh kecil. Menatap pada Verona yang baru saja berbicara panjang lebar dengan begitu ekspresif.

"Lo ngomong suka lupa ngerem, Ve. Enggak capek?"

StarlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang