BAB 17 ー Kotak Kuning

12.7K 1.2K 63
                                    




***

Pagi-pagi sekali, Stella sudah berada di sekolahnya, ia diantar oleh Chandra yang memang rajin sekali mengantar adik kesayangannya itu untuk berangkat sekolah sangat pagi.

Seperti biasa, saat melewati lapangan basket, ia melihat anak-anak basket sedang latihan. Tim basket SMA Pranata memang memiliki jadwal latihan pagi, entah dari jam berapa anak basket itu berada di sekolah. Stella merasa mereka keren karena bangun sangat pagi untuk latihan basket.

Bara yang paling mecolok di sana, Stella tidak kesulitan menemukan lelaki berambut kecokelatan itu. Bara sedang serius bermain basket, dan itu benar-benar pemandangan yang cukup menyegarkan. Oh, tidak. Stella langsung menepis pikiran itu, Bara tetap saja Bara, tukang ngomel, menyebalkan, dan mesum.

Sampai di depan kelasnya, Stella melihat sosok yang sudah tidak asing lagi meskipun dari belakang, sosok itu Rigel. Lelaki yang sering sekali mengenakan hoodie itu sedang berjalan di depan kelas Stella sambil menoleh ke jendela, seperti sedang melihat keadaan di dalam kelas 12 IPA 7.

Stella mendekat, ia mamanggil Rigel. Lelaki itu langsung menoleh pada Stella.

"Pagi," sapa Stella ramah.

Rigel hanya memandang pada Stella yang sedang tersenyum padanya. Tangannya lalu terulur ke hadapan wajah Stella, memperlihatkan gantungan berbentuk bintang-bintang kecil.

"Ketinggalan di mobil, lupa mau balikin."

Stella menerima gantungan itu, gantungan berbentuk bintang-bintang itu memang miliknya, Stella bahkan tidak sadar gantungan itu lepas dari tasnya.

"Thank's Rigel," ucap Stella tulus diiringi senyum meskipun tidak ada balasan dari lawan bicaranya. "Gue enggak sadar ini hilang."

"Lo duduk sama Bara?" tanya Rigel tanpa repot-repot membalas ucapan sama-sama.

Stella mengangguk cepat.

"Kenapa enggak pindah?"

"Bu Sukma yang suruh duduk di situ, permanen katanya. Jadi enggak boleh pindah-pindah," jawab Stella apa adanya.

"Kenapa enggak minta pindah?" desak Rigel dengan nada bicara yang berbeda.

Mata Stella berkedip menatap wajah Rigel, ia bingung karena nada bicara lelaki di hadapannya terdengar tidak senang dan seperti memaksanya untuk tidak duduk dengan Bara.

"Kenapa? Kok kayak enggak suka gitu?" tanya Stella dengan polosnya.

"Emang enggak suka. Kan gue udah bilang buat jauh-jauh dari Bara."

Jujur sekali, khas seorang Rigel.

"Coba kasih tahu alasannya, kenapa harus jauh-jauh dari Bara?" desak Stella. Ia semakin dibuat bingung dengan Rigel dan Bara. Dua lelaki itu benar-benar tidak bisa ia pahami maksud dan tujuannya.

"Pergaulan Bara itu bebas, Stella. Bara bukan cowok baik, yang selalu dia lakukan cuman main-main dan merusak cewek yang deket sama dia," jelas Rigel kemudian.

Itu menyeramkan, Stella tidak menyangka jika Bara ternyata seperti itu. Ia benar-benar harus hati-hati pada Bara, rupanya dia itu berbahaya.

Tunggu dulu, benar nyatanyakah yang Rigel ucapkan soal Bara? Stella mulai merasa bimbang. Bara pun mengatakan jika Rigel berengsek, Stella jadi bingung siapa yang harus ia percaya di sini.

"Ok, gue bakal hati-hati sama Bara mulai sekarang," putus Stella diiringi senyum tulus pada Rigel. "Thank's lo udah kasih tahu soal itu," lanjutnya lagi.

Kali ini pemuda berhoodie di hadapan Stella tidak bersuara lagi. Rigel dengan wajah datarnya hanya memandang Stella lekat-lekat seperti sedang meneliti sesuatu, ia memang selalu begitu. Rigel tidak menyadari, cara pandangnya itu bisa membuat Stella merasa malu dan gugup.

"Lo suka bintang?" tanya Rigel setelah cukup lama diam memandangi Stella di hadapannya.

"Eh? Maksudnya sesuatu yang berbentuk bintang?" tanya Stella bingung dengan pertanyaan Rigel yang tiba-tiba. Rigel hanya diam, mungkin itu artinya jawaban iya. "Kalau itu sih, iya gue suka," lanjut Stella masih dengan tersenyum.

"Bagus, gue juga suka," gumamnya diikuti anggukan kecil. Ia hendak melangkah meninggalkan posisinya, tapi sebelum itu, tanganya terulur untuk mengusap kepala Stella. "Jauh-jauh dari Bara," ucapnya lalu berjalan pergi.

"Eh?" Stella mengerjap bingung dengan tindakan dan ucapan Rigel barusan. Ia melihat pemuda berhoodie itu masuk ke kelas sebelah. Saat itu Stella baru tahu, bahwa Rigel ternyata kelas 12 IPA 6 dan kelasnya bersebelahan dengannya. Bodoh sekali Stella baru menyadari hal itu.

Seperginya Rigel ke kelasnya, Stella yang dibuat tidak karuan langsung masuk ke kelasnya. Bertepatan saat ia mendudukkan diri di kursi, Rara datang dan menyapanya dengan sangat ceria.

"Ra, gue mau tanya deh."

Rara yang baru duduk di kursinya menoleh pada Stella. "Tanya apa?"

"Rigel sama Bara, mereka itu punya hubungan apa?" tanya Stella pelan.

"Mereka sepupuan," jawab Rara langsung.

"Hah? Serius?"

"Rigel Alechzander sama Aldebaran Alechzander. Nama belakangnya sama, La. Baru sadar?" tanya Rara dengan bingung.

"Sumpah ... gue baru sadar itu," ujar Stella terkejut. Ia tidak menyangka Bara dan Rigel ternyata sepupuan. Stella makin bingung dan penasaran mengenai alasan mengapa dua orang itu bertengkar hingga luka-luka dan bertingkah saling memusuhi satu sama lain.

"Bokapnya Rigel sama bokapnya Bara itu adek kakak. Jadi initinya, mau lo dapet Bara atau Rigel, masa depan lo udah pasti bakal terjamin, toh mereka sama-sama Alechzander. Cuman saran gue sih, mending lo sama Rigel aja, si Bara bangsat banget soalnya," ujar Rara dengan santainya.

"Apa sih Ra, mikirnya sampe ke sana segala."

Rara tertawa. "Lo bayangin aja gimana hotnya Rigel nanti kalau udah jadi CEO, serius deh La, dari sekarang jangan sampe lo lepasin itu bibit unggul."

Stella hanya geleng kepala mendengar ucapan Rara yang mulai ngaco. Tangan Stella bergerak ke bawah kolong bangku, hendak mengambil buku paket yang memang sengaja ditinggalkan di sana. Namun, tangannya menyentuh benda lain, Stella langsung meraih benda itu dan menaruhnya di atas meja.

Itu adalah sebuah kotak berwarna kuning. Stella mengerutkan alis melihat benda itu, ia merasa kotak kecil itu tidak ada di kolong bangkunya kemarin.

"Apa tuh, La?" tanya Rara setelah berhenti dari tawanya soal Rigel yang menjadi CEO di masa mendatang.

Stella menggeleng. "Enggak tahu, baru nemu di kolong meja. Kemarin enggak ada deh, La."

"Yaudah, buka aja sih," titah Rara penasaran.

Ragu-ragu sebentar, Stella pun memutuskan untuk membuka kotak kuning itu. Di dalamnya hanya ada secarik kertas, dan Stella langsung dibuat membeku oleh kata yang tertulis di sana.

Lo enggak perlu serepot itu nyari gue. Seperti yang lo tahu, gue ini masih pengecut.

Semua ada waktunya Stella, dan jika waktunya udah tepat, saat itu lo pasti akan tahu gue siapa.

Saran gue ... jangan terlalu memaksakan mencari, nanti lo malah dibuat kecewa.

Gue pasti muncul Stella, dan gue minta lo tetap sabar nunggu sampai saat itu.

Bintang

***

Ternyata ... sosok dibalik nama Bintang itu adalah si Gema yang suka kirimin Candy origami ....

Kamis, 7 Juni 2018

StarlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang