BAB 29 ー Kejanggalan

12K 1.2K 60
                                        


[Tandai saja jika menemukan typo]

***

"Kamu jaga dia, ya. Jangan sampai dia nangis, apa lagi nangisnya gara-gara kamu. Mata aku ini udah terlalu sering dipake buat nangisin kamu, Rigel. Sebagai penebusan kesalahan kamu sama aku, kamu jangan biarin Stella nangis, ya."

Rigel kembali teringat kalimat itu, kalimat yang sangat lembut dan diucapkan dengan susah payah oleh Luna kala itu.

"Maaf," ujar Stella dengan suara bergetar. Ia baru saja menceritakan ulang apa yang terjadi antara dirinya dan Bara hingga ia menangis. Rigel sedari tadi hanya diam saja memperhatikan wajah Stella yang terlihat kacau.

Rigel yang tidak mau lagi melihat tangisan itu memilih untuk menarik Stella ke dalam pelukannya. Ia mengusap rambut Stella dengan lembut, membiarkan gadis itu menangis dalam pelukannya.

"Udah, jangan nangis, itu bukan salah lo."

"Tapi kenapa Bara begitu keras kepala kalau gue enggak seharusnya deket bahkan pacaran sama lo? Gue enggak ngerti, sebenarnya kalian kenapa? Gue bingung terus-terusan mikirin hal itu, dan gara-gara gue lo sampai luka-luka begini," ujar Stella diiringi tangis dengan suara yang teredam dalan pelukan Rigel. "Maaf, Rigel."

"Jangan dipikirin, Stella. Bara cuman pengen lo jauh dari gue biar dia bisa jadiin lo miliknya dan mainin hati lo sepuasnya. Gue udah bilang, Bara itu seneng main-main sama cewek. Lo bukan yang pertama Stella, dan gue enggak mau sampai lo juga jadi korban."

Stella diam tidak bersuara lagi, ia masih menangis sambil memikirkan Bara. Setela cukup lama menangis di pelukan Rigel, ia mundur dengan perlahan, mencoba melepaskan pelukan Rigel. Stella menatap pada Rigel dengan tatapan sedih, air mata masih menganak sungai di pipinya.

"Ini pasti sakit 'kan?" tanya Stella lirih sambil menunjuk bagian wajah Rigel yang membiru.

"Iya," jawab Rigel jujur.

"Maaf."

"Udah, enggak apa-apa," ucap Rigel sambil menghapus bekas air mata Stella. Rigel benar-benar tidak suka air mata itu, rasanya seperti melihat Luna yang menangis karenanya.

"Apa hal ini bakal terjadi lagi? Maksud gue ... lo sama Bara akan terus berantem hanya karena gue?"

"Mungkin," jawab Rigel bingung sendiri.

"Apa menurut lo, lebih baik kita pisah aja? Seperti gue sama Bara yang akan saling menjauh, haruskan gue sama lo juga saling ngejauh?" Stella mengucapkannya dengan berat hati, rasanya sakit sendiri mengucapkan kalimat itu. Baginya terlalu sulit menjauh dari sosok yang selama ini ia cari dan baru saja ditemukan. Namun, ia juga tidak mau orang lain ribut dan saling membenci karenanya, Stella merasa bersalah, ia juga lelah sediri.

"Kenapa ngomongnya gitu?"

"Gue enggak mau kalian berantem terus," ucap Stella hampir menangis lagi.

"Enggak apa-apa, gue sama Bara cowok. Berantem bukan hal aneh, enggak usah terlalu lo pikirin soal gue sama Bara."

"Gue enggak ngerti sebenarnya maunya Bara itu apa, dia aneh. Dia terlalu berlebihan hanya karena gue jadian sama lo, dia bahkan enggak pernah suka gue deket sama lo. Gue merasa sebenernya dia itu berpikir gue enggak pantes buat lo, jadi dia marah begitu biar nyadarin lo bahwa gue ini bukan orang yang layak buat lo, Rigel."

"Kok mikirnya jadi aneh?" Entah mengapa tiba-tiba Rigel merasa geli mendengar hal itu. Tidak mungkin sekali Bara bersikap begitu karena peduli pada Rigel.

"Mungkin aja begitu. Kalian saudara 'kan? Mungkin Bara begitu karena sayang banget sama lo, dan pengen lo dapet cewek yang lebih baik ketimbang gue."

Rigel malah terseyum tipis, rasanya lucu sekali mendengar Stella mengutarakan pemikirannya yang seperti itu. Namun, ada hal lain yang menjadi beban baru di pikiran Rigel sekarang. Mendengar cerita Stella, ia baru saja menemukan memang ada yang aneh dari Bara. Ia juga merasakan kejanggalan itu hari ini, setelah diingat-ingat lagi, dari awal juga Bara menantangnya dan meminta jangan main-main dengan Stella. Bara tahu rahasia terbesar Rigel mengenai tujuannya bersikap begitu pada Stella. Rasanya memang agak aneh jika Bara bersikap berlebihan begitu hanya karena dia menginginkan Stella untuk sekedar main-main.

StarlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang