BAB 40 ー Malam Serupa dan Bintangnya

15.1K 1.3K 55
                                    

"Gue akan selalu nunggu, sampai bintang yang gue mau jatuh dan bisa gue raih untuk gue miliki seutuhnya."

***

"Kayaknya, waktu itu lo pake kalung," ujar Bara tiba-tiba. Diluar hujan masih turun, tapi tidak begitu deras seperti sebelumnya.

"Gue lepas," jawab Stella pendek.

"Kenapa?"

Stella tersenyum kecil, menengadah ke langit malam sambil menjulurkan tanganya sedikit keluar tenda agar bisa menerima butiran air hujan yang masih berjatuhan.

"Lo mau tahu?" tanya Stella halus, Bara menunggu sambil memperhatikan wajah Stella dari samping. "Kalung itu dari Rigel, ya ... ada baiknya gue lepas, dan gue rasa lo tahu sendiri alasan kenapa gue lepas kalung itu."

"Salah satu usaha buat move on?" tanya Bara serius.

Stella hanya mengangguk kecil diiringi gumaman. Gadis itu masih tersenyum kecil pada langit, dan Bara mulai risih melihat senyum yang terkesan dipaksakan dan menyedihkan itu.

"Malam ini lo seneng?"

"Ya, gue seneng, dan terima kasih untuk malam ini, Bara."

"Sejujurnya, ini semua enggak gratis."

Stella menoleh pada Bara dengan alis bertaut bingung. Bara tersenyum miring pada Stella, dan itu malah membuat Stella paranoid.

"Kok gitu?" tanya Stella tidak terima.

"Gue cuman minta satu permintaan sebagai bayaran untuk semua ini."

Stella mendengus, wajahnya berubah kesal. Ia mengalihkan pandangannya lagi ke langit malam. "Lo pasti minta yang aneh-aneh," katanya.

"Apa pun itu, itu kewajiban lo buat kabulin satu permintaan gue."

"Lo mau minta apa sih? Jangan yang aneh-aneh deh!"

"Gue cuman minta lo percaya, gampang 'kan?"

Stella menoleh lagi pada Bara dengan alis bertaut bingung untuk yang kedua kalinya. Ia tidak mengerti dengan jalan pikiran Bara, lelaki berambut kecokelatan itu sering sekali tidak jelas, muter-muter, dan tidak bisa ditebak apa yang ada di kepalanya.

"Percaya?" ulang Stella. "Percaya gimana maksudnya?"

"Percaya sama gue," ujar Bara serius. Ia meraih lengan Stella, memandang gadis itu lekat-lekat. "Tolong percaya ini, kalau gue ... gue adalah Bintang yang selama ini elo cari, Stella."

Stella langsung mematung, ia membalas tatapan Bara dengan kaku. Ia tidak mengerti mengapa Bara sampai seperti ini agar dirinya cepat move on dari Rigel.

"Bara ... lo enggak perlu begini, elo enggak perlu bangun kepercayaan gue soal elo yang merupakan sosok Bintang. Itu enggak perlu Bara, elo enggak perlu pura-pura jadi sosok Bintang dan membuat gue meyakini hal itu hanya untuk membuat gue cepet move on dari Rigel."

"Lo mikir terlalu jauh, Stella. Nyatanya gue memang Bintang," ujar Bara serius.

Stella menggeleng, ia bingung dan merasa suatu perasaan di dalam dirinya campur aduk. "Enggak, Bara. Yang selama ini jadi Bintang buat gue itu Rigel, bukan elo. Udah jelas semuanya, misi pencarian gue soal Bintang sudah selesai. Lo enggak mungkin dia, please jangan bercanda, ya, gue pusing tau."

"Inget permintaan gue, Stella. Lo harus percaya tentang itu. Gue adalah sosok yang selalu datang saat malam hari dan temenin lo sampai tidur, gue yang selalu peluk lo, dan gue yang suka pegang tangan lo kayak gini."

StarlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang