BAB 35 ー Putus

12.6K 1.1K 32
                                    




***

Rigel tidak bisa diam saja, ia tidak boleh hanya diam. Ia tidak akan membiarkan Stella membencinya begitu saja, ia tidak akan hanya pasrah dibenci Stella. Ia harus bisa membuat Stella memaafkannya, ia harus membuat Stella kembali seperti dulu, saat gadis itu belum mengetahui semuanya.

Rasanya menyakitkan, itulah yang Rigel rasakan saat Stella berubah membencinya. Rasanya tidak jauh beda seperti dibenci oleh Luna, dan Rigel tidak pernah menyukai hal itu.

Saat ini, Rigel sedang mengikuti Stella dan Bara secara diam-diam. Ia ingin tahu bagaimanakah keadaan Stella sekarang, ia khawatir jika Stella terus bersedih karena apa yang Rigel lakukan. Namun, ia bisa sedikit lega karena Stella nampaknya tidak begitu terpuruk oleh kenyataan tentang dirinya. Bara bisa mengalihkan kesedihan Stella, meskipun sedari tadi yang ia lihat Stella dan Bara hanya terus meributkan hal-hal kecil. Namun, itu lebih baik ketimbang Stella bersedih atas apa yang telah Rigel lakukan.

Riel terus memperhartikan Bara dan Stella dari jauh. Ia bahkan mengikuti mereka diam-diam saat Bara mengajak Stella ke Time Zone. Entah apa yang dipikirkan Bara hingga mengajak Stella ke sana, tapi Rigel sedikit berterima kasih karena Stella terlihat senang meski awalnya terlihat tidak suka. Bagian menariknya, Stella terlihat kesal membawa sebuah boneka monyet hasil dari jeripayah Bara bermain di Time Zone. Stella terlihat tidak menyukai boneka itu, dan menurut Rigel itu sangat lucu, ditambah dengan Bara yang mengomel ini itu. Jika dilihat-lihat, Stella dan Bara memang cocok. Rigel jadi berharap Bara benar-benar bisa menyembuhkan luka hati Stella yang diberikan olehnya.

Rigel mengambil jarak aman agar keberadaannya tidak disadari oleh Bara dan Stella. Kedua orang yang sedari tadi Rigel ikuti kini sudah masuk ke dalam mobil, entah ke mana lagi mereka akan pergi. Rigel menuju motornya dan langsung mengikuti mereka lagi.

Rupanya, Bara mengajak Stella ke danau. Ia turun dari motonya dan mengikuti kemana perginya Bara dan Stella. Rigel bersembunyi di balik pohon, mengambil jarak cukup dekat tapi tidak terlihat. Sejujurnya ia ingin menghampiri Stella, mangajaknya berbicara dan memohon agar ia dimaafkan dan tidak dibenci. Ia tidak mau mengulur waktu terlalu lama, rasanya tidak menyenangkan dan begitu meresahkan. Menurutnya, ini saat yang tepat, dan kehadiran Bara di sisi Stella agaknya akan cukup membantu.

Menarik napas, Rigel memutuskan untuk mendekati Bara dan Stella yang sedang berbicara di pinggir danau. Dengan perlahan ia mendekati kedua orang itu, sepertinya tidak ada yang menyadari keberadaanya karena keduanya masih mengobrol. Jelas sekali Rigel bisa mendengar apa yang mereka obrolkan.

"Lo bisa maafin gue, tapi kenapa Rigel enggak?" tanya Bara.

"Enggak segampang itu, Bara."

"Kenapa?" tanya Bara dan Rigel berbarengan. Stella dan Bara langsung menoleh ke arah datangnya Rigel, dan Stella terlihat kaget saat melihat Rigel.

Air wajah Stella berubah, ia beringsut lebih menekati Bara lalu mencengkram lengan pemuda berambut kecokelatan itu cukup kuat.

"Lo ngikutin gue sama Stella?" tanya Bara pada Rigel.

Rigel tidak repot-repot menyahut, ia memperhatikan Stella yang terlihat enggan menatapnya. Bara yang menyadari arah pandang Rigel mendesah lelah.

"Lo mau apa lagi sih? Enggak lihat ini anak takut liat muka tembok lo sampe remes tangan gue begini?" tanya Bara sambil melirik tangannya yang diremas Stella.

"Gue perlu ngomong sama dia," ujar Rigel.

"Enggak harus sekarang, lo kasih dia waktu sampai tenang dulu."

"Gue mau semuanya cepet selesai, gue enggak bisa nunda lebih lama lagi. Stella, gue mohon, kita bicara dan selesaikan semuanya hari ini," pinta Rigel dengan wajah merana. Alis Bara langsung bertaut saat melihat Rigel yang seperti itu, tidak biasanya seorang Rigel Alechzander memasang tampang seperti itu.

StarlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang