BAB 34 ー Baikan

12.4K 1.1K 36
                                    

Aldi ini Aldi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aldi ini Aldi.

***

Mendadak Bara bingung harus bagaimana sekarang. Stella pasti sangat terluka karena sudah mengetahui hal yang selama ini Rigel sembunyikan. Bara ingin menghibur gadis itu, tapi ia ragu dan bingung harus bagaimana. Mengingat pertengkaran mereka beberapa waktu yang lalu, Bara takut keberadaannya tidak dibutuhkan atau bahkan tidak diinginkan oleh Stella saat ini.

"Jadi, bangkenya Rigel udah kecium busuknya?" bisik Aldi di samping Bara yang tengah memperhatikan Stella yang berjalan dengan Rara ke gerbang. Aldi dan Bara mengekor dua gadis itu beberapa meter di belakang.

"Bukan kecium lagi, malah udah ketauan kalau dia punya bangke," sahut Bara dengan tampang malas.

"Bagus dong!" seru Aldi sambil bertepuk nyamuk dan langsung dihadiahi tatapan sinis dari Bara. "Ini kesempatan elo buat maju, Bar!"

"Lupa lo kalau waktu itu Stella ngamuk sama gue dan minta gue jauhi dia?" tanya Bara jengkel sendiri.

"Hmm," gumam Aldi sambil mengusap dagunya belagak berpikir. "Dia minta lo menjauh karena sakit hati sama kelakuan lo 'kan? Dia mikirnya lo yang mainin dia? Nah, itu dia belum tahu alasan lo berbuat begitu apa. Sekarang udah ketahuan tuh si Rigel begitu, ya lo jelasin lagi aja kalau alasan lo selama ini buat lindungin dia dari Rigel."

"Stella marah sama gue bukan karena itu doang, Di. Dia sakit hati sama sikap gue yang semena-mena sama dia."

"Ya ... soal sikap lo yang nyebelin, bilang aja ke Stella kalau itu emang bawaan lahir, kasih tahu aja ke dia kalau aslinya lo itu penyayang."

Bara mendengus kesal mendengar kalimat Aldi, ia kembali lagi memperhatikan Stella yang jalan di depannya. Hanya melihat punggungnya saja, Bara tahu ekspresi gadis itu sangat suram. Saat di kelas pun, ia melihat gadis itu banyak melamun dengan tatapan kosong. Tentu saja kenyataan tentang Rigel begitu memukulnya, apalagi jika mengingat gadis itu sudah jatuh cinta pada Rigel.

Bara yakin, rasa sakit yang dirasakan Stella lebih besar dari dugaannya. Rigel memang bodoh, tindakannya yang tidak pikir panjang itu malah membuat dirinya sendiri makin dibenci dan jelas mematahkan hati Stella. Harusnya, jika ia hanya ingin memenuhi janji tanggung jawabnya, ia tidak usah sampai membuat Stella jatuh cinta padanya dan jadi miliknya. Karena pada akhirnya hal itu akan semakin memperbesar rasa benci Stella karena hatinya benar-benar dihancurkan oleh kebohongan.

"Enggak usah mikir-mikir segala deh, buruan lo samperin terus hibur dia."

Bara berdecak mendengar Aldi yang terlalu menggampangkan situasi. "Kalau gue diusir gimana?"

"Ya coba aja dulu, Bar. Yaelah, lo kalau diusir tinggal pergi aja. Kenapa mental PDKT lo jadi lembek gitu sih? Lo biasanya juga enggak tahu malu bin enggak tahu diri maksa itu cewek buat terus ada di deket lo!" Aldi gemas sendiri, Bara jadi terlalu banyak berpikir dan banyak takut pada hal-hal berupa penolakan dari Stella.

StarlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang