BAB 24 ー First Kiss

13.4K 1.1K 68
                                        

[Mohon maaf jika menemukan typo yang bikin sakit mata. Belum sempat revisi bener-bener sampe puluhan kali baca karena harus kejar deadline huhu 😵]
***

"Udah nangisnya?" tanya Rigel saat Stella melepaskan pelukannya.

Stella mengangguk sambil mengucek matanya yang terasa gatal. Rigel yang memperhatikan gerakan Stella pun menghela napas, ia menarik lengan Stella agar berhenti mengucek matanya.

"Jangan dikucek, Stella."

"Gatel," ujar Stella diiringi kedipan cepat.

Rigel tidak bersuara lagi, hanya sibuk memandangi Stella lekat-lekat. Stella yang dipandangi terus mulai merasa tidak karuan, ia mengembuskan napas kuat untuk menetralisir perasaan gugupnya itu.

"Gue punya banyak pertanyaan."

"Gue tahu, dan gue bakal jawab semuanya."

Stella memandang pada Rigel tanpa berkedip, masih agak tidak percaya bahwa orang di hadapanya ini adalah orang yang dicarinya. Ini semua terlalu mudah, Rigel bahkan datang sendiri padanya. Dari awal, Rigel memang memiliki banyak aspek sama persis dengan Bintang. Ternyata itu semua bukan kebetulan, semua kesamaan itu memang karena Rigel adalah Bintang.

"Kenapa lo ninggalin gue di saat gue udah dapet donor mata?" tanya Stella mengulang pertanyaaan tadi.

"Gue 'kan udah jawab. Gue enggak pernah ke mana-mana, gue enggak pernah ninggalin lo."

"Enggak ngerti," sahut Stella seperti merengek. Ia memang tidak mengerti dengan maksud Rigel tidak pernah ke mana-mana dan tidak pernah meninggalkannya. Padahal jelas sekali, Rigel pergi dan tidak pernah menampakan diri lagi di hadapannya.

"Enggak ngertinya di mana, Stella?"

"Lo yang enggak pernah ke mana-mana, padahal 'kan jelas-jelas lo pergi dan enggak pernah nampakin diri di hadapan gue saat gue udah bisa lihat."

"Enggak nampakin diri di hadapan lo bukan berarti gue pergi, Stella. Gue masih awasin dan jaga lo dari jauh selama itu. Gue bahkan minta lo dipindahin sekolah di Pranata biar gue bisa terus jagain lo, Stella."

"Tapi kenapa? Kenapa lo harus jagain gue dari jauh?"

Rigel menatap Stella semakin lekat tepat menuju kedua bola matanya. Ada jeda yang cukup lama sebelum ia menjawab pertanyaan Stella.

"Selama itu, ada sedikit masalah yang membuat gue enggak bisa nemuin lo secara langsung, Stella."

"Dan masalahnya?"

"Masalah keluarga. Gue terlalu disibukan oleh hal itu bertepatan saat lo selesai operasi, gue emang enggak bisa ketemu dan jagain lo secara langsung. Tapi gue selalu lakuin hal itu dari jauh," jelas Rigel.

"Dan lewat bunda gue," sambung Stella.

"Lo udah tahu sekarang."

"Tapi Bunda rahasian soal lo, dia enggak pernah membenarkan kalau lo dulu selalu ada di saat gue buta. Kenapa? Itu lo juga yang minta?"

Rigel menggeleng. Tidak, ia tidak pernah meminta hal itu kepada bundanya Stella. Aneh juga.

Alis Stella nampak bertaut bingung, jika Rigel tidak memintanya, lantas apa alasan bundanya menyembunyikan hal itu? Stella tidak mengerti. Selama ini bundanya membiarkan Stella seperti orang menghayalkan sosok Bintang, padahal bundanya sendiri sering berhubungan dengan sosok Bintang. Stella mulai bingung dengan apa yang sebenarnya bundanya sembunyikan.

"Terus kenapa lo enggak langsung bilang itu elo saat kita pertama ketemu di Pranata?" tanya Stella lagi.

"Gue maunya lo sendiri yang sadar ini gue," jawab Rigel datar-datar saja.

StarlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang