Epilog

15.4K 857 68
                                    

HAYO!!
SIAPA YANG BACANYA LANGSUNG LOMPAT KE EPILOG? 😒
***

Satu tahun kemudian.

Rigel meletakan delapan mawar merah di atas nisan bertuliskan nama Luna. Ia pandangi nama itu lama-lama seolah itu adalah wajah gadis yang selama ini sengat ia cintai tapi sering sekali ia sakiti.

"Aku bawa delapan mawar, seperti biasa," ujar Rigel dengan lembut.

Luna selalu suka bunga mawar, dan sudah menjadi kebiasaan Rigel membelikan delapan mawar merah setiap bulannya.

"Ini hari jadi kita yang ke berapa, Luna?" tanya Rigel lagi seolah yang diajak bicara ada bersamanya. "Permintaan kamu masih sama bukan? Kamu selalu minta aku senyum setiap kali aku kasih kamu mawar merah."

Sekelebat ingatan tentang hal itu muncul dalam benak Rigel. Tentang Luna yang selalu mengajukan syarat agar Rigel tersenyum saat memberikan mawar merah padanya. Rigel memang jarang sekali tersenyum, dan Luna selalu bilang jika wajah Rigel itu menyeramkan. Luna yang selalu memaksanya untuk tersenyum, dan bodohnya, Rigel malah tidak mengabulkan permintaan sepele gadis itu untuk melihat Rigel selalu tersenyum di sisa-sisa hidupnya.

"Aku minta maaf, Luna," gumam Rigel kala mengingat kenangan itu.

"Rigel," panggil seseorang di belakang Rigel dengan hati-hati. Rigel tidak menoleh, tapi ia tahu suara itu milik siapa.

"Lo mau ketemu Luna? Udah berapa tahun lo kabur setelah malam kecelakaan Stella?" tanya Rigel dingin.

Rigel mendengar helaan napas dari seseorang dibelakngnya.

"Gimana cewek itu?"

"Dia udah pulih total seratus persen," jawab Rigel dengan geraman tertahan. "Luna yang donorin matanya buat dia."

"Soal mata Luna, gue tahu."

Rigel bangkit dari posisinya, ia berbalik, menatap dingin pada sosok yang berbicara dengannya. Sosok yang sangat ia benci seumur hidupnya.

"Lo harusnya tahu diri untuk enggak menginjakan kaki di sini lagi setelah malam itu!"

Lawan bicara Rigel tersenyum, itu jenis senyum biasa, tapi terkesan meledek. "Luna selalu terima gue dan enggak akan larang gue buat ketemu dia," katanya dengan santai.

Tangan Rigel terkepal, mati-matian ia menahan hasrat untuk menghabisi seseorang di hadapannya saat ini juga.

"Lo harusnya mati!"

Sosok di hadapan Rigel tertawa hambar, ia hanya balas menatap Rigel dengan tatapan mengejek. "Sayangnya, karena kebodohan lo itu, Luna yang memilih untuk mati, padahal dia masih bisa bertahan."

Rigel yang tersenyum sinis sekarang. Sosok di hadapannya begitu lucu dan tidak tahu diri. Menganggap dirinya tidak bersalah padahal dia sendiri dalangnya.

"Lo bener, Luna masih bisa bertahan untuk hidup, kalau lo enggak kabur dan jadi pecundang."

***

.
.
.

CERITA INI UDAH KELAR YA DI BAB 40, EPILOG INI CUMA SEDIKIT TENTANG RIGEL SAMA LUNA AJA

JADI, APAKAH ADA YANG MASIH BELUM JELAS? MISALNYA KALIAN BINGUNG ATAU NGAMBANG PADA HAL TERTENTU DI CERITA INI? TAKUTNYA GUE ERROR PAS NULIS, LUPA, DAN KURANG RINCI MENJELASKAN.

SILAKAN TANYA DI KOLOM KOMENTAR ATAU INBOX, AKAN GUE JAWAB DAN GUE JELASKAN DENGAN SENANG HATI KALAU LAGI MOOD.

KALAU ENGGAK ADA, YASUKUR. BERARTI GUE JELAS NULISNYA HEHE.

Edit :
Kabar gembira buat gue, Starlight dapet juara 3 WYSCWPD. Enggak nyangka dapet. Padahal tulisan ini asdfghjkl.
Gue mau ucapin makasi buat kalian yg udah mau buang waktu buat baca tulisan gaje ini.

StarlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang