BAB 21 ー Gebetan Bara

12.9K 1.1K 52
                                    

Mode kalem

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mode kalem.

***

Gara-gara sosok berhoodie yang muncul semalam, Stella jadi enggan untuk keluar rumah karena takut orang itu masih mengawasinya. Ia makin paranoid dan takut orang itu punya niat jahat padanya.

Saat ini, dengan perasaan gelisah ia terpaksa ke luar rumah untuk mengantar kepergian bundanya ke luar kota. Stella berdiri di depan gerbang sambil memperhatikan bundanya yang sedang memberikan amanat ini itu pada Chandra yang masih bertampang ngantuk karena semalaman bergadang untuk menyelesaikan kerjaannya. Wajah kusut kakaknya itu terlihat lucu, Stella tidak bisa tidak tertawa kecil melihatnya. Namun, wajah kusut kakaknya tidak bisa sepenuhnya mengalihkan kegelisahan Stella tentang sosok berhoodie itu. Sedikit-sedikit ia menoleh ke pohon besar tetangga depan rumahnya, takut-takut orang itu ada di sana.

"Iya, Bunda. Yaampun, pergi cuman sehari aja kayak mau ninggalin anak setahun." Chandra mengacak-acak rambutnya dengan tampang memelas lalu berbalik masuk ke dalam rumah kala bundanya sudah beralih pandang pada Stella.

"Kamu hati-hati di rumah ya, Sayang." Bunda mencium Stella lalu mengusap rambutnya dengan sayang.

Stella mengangguk sambil tersenyum. "Bunda juga hati-hati di jalan ya, cepet pulang," ucapnya kemudian.

Bundanya pamit lalu masuk ke dalam mobil, Stella masih menunggu di depan gerbang. Tangannya melambai kala mobil yang ditumpangi bundanya mulai melaju, ada senyum yang tercetak di waja Stella untuk bundanya. Saat mobil yang ditumpangi bundanya sudah cukup jauh, Stella mulai merasakan lagi aura tidak nyaman itu, kepalanya menoleh lagi ke pohon itu, tapi tidak ada siapa-siapa di sana.

Stella memutuskan untuk cepat-cepat masuk ke dalam rumahnya. Namun, saat ia hendak berbalik, ia malah dikagetkan dengan kemunculan sosok Bara di hadapannya. Saking kagetnya, ia sampai berteriak tepat di depan wajah Bara hingga membuat pemuda berambut kecokelatan itu mentap Stella dengan sinis.

"Enggak perlu teriak, gue bukan setan," ujar Bara kesal sambil menyentil jidat Stella.

Stella meringis memegangi bekas sentilan Bara. "Lo muncul tiba-tiba, gimana gue enggak kaget."

"Apanya yang tiba-tiba? Dari lo mulai lambai-lambai tangan ke mobil, gue udah ada di sini!"

Alis Stella bertaut tanda ia bingung. Sungguh jika benar apa yang Bara ucapkan, ia sama sekali tidak menyadari hal itu. Pikirannya terlalu dicemaskan oleh sosok asing misterius yang meresahkan.

"Masa sih? Kok gue enggak ngerasain aura penampakan lo, ya?" tanya Stella bingung.

"Penampakan, emangnya gue setan?!" sentak Bara tidak terima dengan kalimat yang keluar dari mulut Stella. "Elo tuh yang ngelamun mulu, gelisah enggak jelas, mikirin apa sih?" tanya Bara kesal.

"Lo merhatiin gue?"

"Aturan kalau gue nanya, lo jawab, bukanya balik tanya!" Bara jadi jengkel sendiri.

StarlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang