BAB 31 ー Bukan Hanya Dia

11.3K 1.1K 52
                                    

"Nasi sudah menjadi bubur, yaudahlah makan aja."
-Andre Rendragraha

***

"Tante senang, akhirnya kamu sama Stella bisa bersama," ujar bundanya Stella pada Rigel.

Keduanya sedang suduk di ruang tamu berdua saja. Stella baru saja pergi ke kamar mandi dan meninggalkan bundanya dan Rigel unruk mengobrol berdua.

"Tante, saya boleh tanya?"

"Boleh, Rigel."

"Waktu itu Stella pernah bilang, katanya Tante selalu meyakinkan bahwa sosok yang selalu jaga Stella itu tidak ada. Kenapa?"

Bundanya Stella tersenyum dengan lembut pada Rigel.

"Tante enggak mau Stella terus-terusan mengharapkan kamu yang jadi sosok bernama Bintang untuknya saat itu. Tante merasa Stella terlalu berlebihan menaruh hati pada sosok kamu yang selalu menjaganya kala itu."

Bintang? batin Rigel bertanya. Rigel jadi teringat ucapan Stella kemarin bahwa ia mengganggap Rigel itu seperti cahaya bintang di langit gelapnya. Mungkin karena itu Stella memanggilnya Bintang, sebab Rigel tidak pernah memberitahu Stella namanya.

"Tante enggak mau Stella terluka pada akhirnya Rigel, tante juga enggak mau kamu nantinya dibenci Stella jika sampai anak tante itu tahu apa yang sudah kamu lakukan padanya. Tante tahu sendiri Stella gimana, dan dia pasti sangat kecewa sampai membenci kamu. Maka dari itu, tante memanfaatkan hilangnya kamu saat Stella sudah mendapatkan donor mata, tante meyakinkan Stella bahwa kamu yang selalu menjaganya itu tidak pernah ada, toh kamu sendiri selama ini juga tidak pernah berniat memberi tahu Stella bukan? Tante berpikir lebih baik kamu datang pada Stella sebagai sosok baru, bukan lagi sebagai Bintangnya saat itu."

Rigel mengerti, hal itu sangat ia mengerti. Rigel sendiri awalnya berpikir begitu, ia ingin datang pada Stella sebagai sosok baru, sebagai Rigel yang merupakan teman SMAnya, bukan Rigel yang selalu menjaganya dulu. Namun, semuanya sudah terlambat. Stella selama ini mencari sosok yang menjaganya saat itu, dan ia sudah menemukan Rigel. Benar kata bundanya Stella, jika sampai saatnya tiba, Stella akan tahu semua perlakuan Rigel padanya hanya sebatas rasa bersalah. Saat itu, Stella akan kecewa dan membenci Rigel.

"Terima kasih karena Tante sudah mengkhawatirkan soal hal itu. Apa Tante sendiri tidak benci saya atas apa yang sudah saya lakukan pada Stella?"

"Tidak Rigel, itu sudah berlalu. Toh kamu sendiri bertanggung jawab atas apa yang sudah kamu perbuat," jawab bundanya Stella sambil tersenyum lembut.

Bundanya Stella ini benar-benar seperti malaikat. Andai Rigel mempunyai seorang ibu seperti bundanya Stella yang sangat menyayangi anaknya, mungkin ia akan jadi pribadi yang lebih baik.

"Saya sudah janji pada Papa dan Luna, saya akan bertanggung jawab. Terima kasih lagi karena Tante sudah memberikan kesempatan untuk saya memperbaiki apa yang sudah saya hancurkan."

Bundanya Stella tersenyum lagi. "Iya, sama-sama, Rigel. Malah apa yang kamu lakukan saat ini sudah melebihi tanggung jawab kamu. Bahkan kamu sampai membelikan kalung yang sangat mahal untuk Stella," ujar bundanya Stella diiringi tawa kecil mengingat betapa mahalnya kalung pemberian Rigel itu.

"Itu untuk mengganti kalung Stella yang saya hilangkan."

"Kamu sampai dua kali membeli kalung, padahal itu tidak perlu."

"Dua kali?" tanya Rigel agak heran dengan kalimat bundanya Stella.

"Loh? Kalung yang kamu hilangkan itu memang kalung dari kamu juga 'kan? Tante enggak pernah beliin Stella kalung, karena Stella enggak pernah suka pakai itu. Tante juga heran saat ia mengenakan kalung, mungkin karena itu kalung dari kamu makanya dia mau pake."

StarlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang