BAB 23 ー Ruang Musik

12.2K 1.1K 61
                                    

[Republish]
***

Bahkan kamu tidak pernah menyadari hal itu,

tentang aku yang tidak pernah pergi jauh.

Berhenti membuat dirimu lelah sendiri,
sebab tidak perlu lagi kamu terus-terusan mencari.

Jangan lagi sibuk berpikir aku pergi,

karena aku selalu di sini.

***

Sudah terkenal dengan cap biang onar, tentu saja tidak ada hari tanpa berbuat onar. Setelah membuat Pak Sobar kehilangan kesabaran, Andre, Aldi, dan Bara malah bersantai di warung pinggir sekolah. Mereka sedari pagi sudah membolos, dan tidak akan tanggung-tanggung untuk membolos seharian.

"Weh, ada tugas kelompok," ujar Aldi sambil menatap layar ponselnya yang menampilkan room chat grup 12 IPA 7. "Kelompok dua orang sama temen sebangku, yailah gue sama elu dong Ndro!"

"Heran, sering amat tugas berdua-berdua gitu. Gue kayaknya harus pindah tempat duduk dah, kalau tiap tugas kelompok berdua Aldi terus, ya jeblok nilai gue."

"Sialan, gue juga rugi duduk sama lo, Ndro!"

"Yaudah, pindah kalau gitu. Lo sama si Rara sana."

"Dianya pasti kagak maulah."

"Ya, jelas. Lo bego sih," ujar Andre dengan enteng.

"Ngaca woe!"

Bara yang sedang mengunyah permen karet sedari tadi hanya bersikap masa bodoh dengan Andre dan Aldi. Ia membuka ponselnya, mendapati pesan masuk dari Stella yang menanyakan keberadaanya di mana. Satu sudut bibirnya tertarik untuk tersenyum miring.

"Ngapa si Bara senyum-senyum bangsat begitu?" tanya Aldi pada Andre saat melihat Bara yang tersenyum pada ponselnya.

Andre yang duduk di samping Bara menjulurkan kepala ke ponsel Bara dan mendapati nama Stella di sana.

"Lagi chat ama Stella," jawab Andre.

Aldi mengangkat satu alisnya, ia ikut tersenyum karena hal itu.

"Hebat ya Stella," ujar Aldi dengan nada yang sedikit aneh.

Andre berdehem canggung, tahu apa yang akan terjadi. Bara sendiri hanya diam saja, ia memasukkan lagi ponselnya ke saku celana dan dengan santainya mengunyah permen karet.

"Modal cantik doang padahal," lanjut Aldi.

Bara diam, masih asyik mengunyah peremen karet.

"Cewek pincang begitu, apa bagusnya sih selain punya tampang yang sedikit lumayan oke? Gue mikirnya sih enggak ada gunanya kalau pacaran sama si Stella, pincangnya itu ngerepo—"

Bara menggebrak meja dan memotong ucapan Aldi, dengan amarah ia bangkit dari kursi warung lalu mencengkram kerah seragam Aldi yang posisnya ada di hadapan Bara.

"Lo berani terusin bacot lo, gue bikin mampus lo hari ini juga."

Aldi membalas tatapan Bara, ia tersenyum miring pada temannya itu. Bara yang sudah tersulut emosinya tidak pernah melihat Aldi yang seperti ini, Aldi benar-benar jadi sosok berbeda.

"Mau sampai kapan lo diem, pengecut."

"Apa maksud lo?!" sentak Bara masih dengan mencengkram kerah seragam Aldi dan menariknya semakin kuat.

StarlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang