Kak Suho membantu menarik kedua koperku untuk masuk ke dalam studio. Tadi, telepon yang dimaksud Sehun adalah telepon Kak Suho yang datang menjemput di bar tempat Sehun bekerja.
"Padahal kubilang aku akan datang sendiri saja, tak perlu Kakak menjemput," ucapku mengekorinya masuk ke ruang kerja.
Studio foto milik Kak Suho tidak terlalu besar, hanya ada lima bilik pemotretan, satu ruang pantri, ruang rehat para fotografer, ruang kerja Kak Suho, ruang resepsionis, dan ruang tunggu di muka studio. Ini karena studio foto adalah pekerjaan sampingan saja, Kak Suho sudah memimpin perusahaan cukup besar yang diwariskan ayahnya.
"Bukankah sudah kukatakan berkali-kali, aku tak suka kau berada di bar Sehun." Dia menyuruhku duduk di sofa dan memberikan satu kaleng susu cokelat hangat yang entah kapan sudah ada di dalam sakunya.
Jika Baekhyun adalah sahabat terbaik dan Sehun adalah teman terbaik, maka Kak Suho adalah malaikat. Bahkan studio foto ini; Kak Suho sengaja sekali membeli studio kecil ini untukku bekerja sejak ditendang dari rumah besarku lantaran Ayah terhormat yang murka.
Aku dan Kak Suho saling mengenal ketika bersekolah bisnis di luar negeri. Kak Suho adalah senior yang baik saat itu, sehingga saat kembali ke kampung halaman setelah bersekolah, dia tetap kakak yang baik bagiku.
"Jadi, jelaskan maksud koper-koper itu." Kak Suho menuntut.
"Aku ingin mencari tempat tinggal yang baru, jadi selama belum menemukannya, izinkan aku tinggal di studio. Ah, mulai besok aku akan mencari." Aku tersenyum ketika berucap, tak mau terlalu terlihat jika aku sedang ada masalah dengan Baekhyun. Kak Suho bahkan tidak tahu apa-apa kerumitan masalah percintaanku.
"Mengapa tak tinggal bersama kekasihmu, dia bahkan bukan orang yang susah. Tak mungkin tak sanggup hanya menampung kau seorang." Jika ada orang lain yang tak menyukai hubunganku dengan Chanyeol, maka itu adalah Kak Suho. Kalimat tadi bukanlah saran, tetapi ejekan akan kekasih yang tak memberi perhatian sama sekali kala aku sedang kesusahan.
Aku tersenyum sengit menanggapi. "Aku putus dengan Chanyeol." Aku mengakui, tetapi tak memberikan alasan mengapa.
Kulihat Kak Suho tersenyum tengil mengejek, benar-benar menunjukkan ketidaksukaannya. Barangkali lantaran Kak Suho sudah berkali-kali mengatakan untuk meninggalkan Chanyeol, tetapi aku malah bersikukuh mempertahankan cinta lantaran aku begitu menyayangi.
"Kak Suho boleh mengejekku, lagi pula ini memang kebodohanku." Aku merunduk.
"Aku tak pernah peduli padanya, Kyung. Aku peduli padamu!" Dia datang mendekat dan duduk di sampingku. Kak Suho datang merengkuh memberikan pelukan yang terasa nyaman; mengusap surai perlahan penuh kasih sayang. Bagiku, Kak Suho memang pelindung yang sempurna.
"Ayo tinggal di apartemenku," ajak Kak Suho. Aku menggeleng di dadanya.
Kekasihnya bahkan sudah berkali-kali cemburu dan mencurigai kedekatan kami. Dia bahkan mengira Kak Suho memiliki seksualitas yang menyimpang oleh ulah diriku. Aku sungguh tak mau berselisih dengan seorang perempuan. "Aku tak mau berdebat dengan Kak Joohyun. Dia sudah terlalu baik padaku."
"Ini bukan masalah Joohyun, Kyung. Aku yang tak mau melihatmu terlunta-lunta."
"Aku bisa menjaga diriku sendiri, Kak. Aku lelaki. Jadi, kau tak perlu mengkhawatirkanku." Aku tersenyum dan melepas pelukan Kak Suho.
"Jika kau ingin aku tak khawatir, berhentilah melakukan hal-hal yang membuat rasa khawatir membuncah!" perintah Kak Suho. Aku tersenyum lagi dibarengi anggukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Our Symphony
Fanfiction[COMPLETED] (21+) Boys Love. This story contains some sex scenes in detail, unappropriate words, and uneducated manners. Do not read if you're underage! Kyungsoo tak sengaja bertemu dengannya kala tertinggal kapal feri yang akan ditumpangi...