Pak Direktur sudah tak berada di ranjang kala aku membuka mata di pagi hari. Suara gemercik air di kamar mandi pun tak terdengar sama sekali.
Aku lantas menggeliat, melirik jam dinding di kamar Pak Direktur. Sudah menunjukkan jam tujuh pagi. Padahal dia adalah seorang bos, tetapi dia malah pergi pagi-pagi sekali.
Aku memutuskan pergi mandi karena tak menemukan Pak Direktur di mana-mana. Namun, langkah terhenti melirik meja makan rumah Pak Direktur. Ada enam irisan sandwich yang tertata rapi di sebuah piring, segelas susu vanila menemani roti-roti tersebut. Senyum mereka kala membaca catatan kecil yang dijepit pada gelas susu vanila.
"Aku harus mengurus sesuatu sehingga pergi lebih dulu. Maaf, tak bisa pergi bersama ke kantor ... P.S. Aku mencintaimu," ucapnya di tulisan catatan kecil.
Aku mengulum senyum dan duduk di kursi meja makan, mengurungkan diri untuk pergi mandi dan malah menikmati sarapan pagi ala Amerika buatan Pak Direktur.
Pak Direktur adalah pria yang terbaik sebenarnya, dia bahkan sangat romantis dan penyayang. Namun, terlalu banyak sisi lain yang terlalu menakutkan jika serta-merta datang menghampiri. Apalagi kala marah, Pak Direktur benar-benar menjadi bengis. Aku benci melihat dia marah.
Akan tetapi, aku sudah bersikukuh untuk hidup bersama. Aku harus menerima semua sisi sifat dan sikap Pak Direktur, baik maupun buruk. Aku tak ingin dia menjadi pilihan yang salah.
________________
"Pak Jeon!" Aku memanggil Pak Jeon yang melewati lorong ruangan para fotografer. Dia membawa beberapa berkas di tangan.
"Kau masuk kerja hari ini? Kenapa kau kemarin tak masuk? Aku akan memotong gajimu karena libur tanpa izin!" Pak Jeon terhenti dari langkahnya dan mengomeli sembari berkecak pinggang.
Aku tersenyum saja sembari datang mendekati, "Aku harus mengunjungi Nenek kemarin, lagi pula kan kemarin kita baru saja kembali dari Jepang. Kukira dapat waktu beristirahat." Aku mengajukan komplain.
"Itu jika Bos JN adalah diriku. Jika masih Kim Jongin yang otoriter, kau harus disiplin; waktu liburmu hanya hari Sabtu dan Minggu."
"Aww! Aku suka yang otoriter dan disiplin secara bersamaan." Aku menyemat cengir di bibir tebalku.
"Sialan!" Pak Jeon mengumpat, "itu sih karena kau sudah terjatuh dan tak bisa bangkit lagi olehnya. Otakmu sudah terisi penuh dengan dirinya!" Aku lagi-lagi hanya bisa tersenyum meladeni Pak Jeon. Benar-benar menyenangkan berbincang dengan Pak Jeon, meskipun orangnya sedikit cerewet.
"Lalu? Pak Jeon akan ke mana?"
"Akan menemui bos otoriter yang disiplin untuk memberikan laporan hasil kerja." Dia berucap acuh, tetapi aku terkesiap.
"Biar aku yang memberikan!" Aku menawarkan diri. Lagi pula ingin sekali bertemu. Dia tak bisa ditemukan saat aku membuka mata; kemudian hingga jam makan siang di perusahaan, aku tetap tak melihat batang hidungnya.
Sial sekali! Padahal baru semalam dia mengacaukan dengan sadis, tetapi sekarang aku malah sudah merindu.
"Ah! Kau bertengkar dengannya?" Pak Jeon membuatku tersentak. Aku mengernyit tak mengerti maksudnya. "Dia datang terburu-buru memasuki ruanganmu kemarin, wajahnya panik bercampur kesal. Dia terlihat kelimpungan mencari dirimu. Ah! Jangan bilang kau tak memberitahu sedang menjenguk nenekmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Our Symphony
Fanfiction[COMPLETED] (21+) Boys Love. This story contains some sex scenes in detail, unappropriate words, and uneducated manners. Do not read if you're underage! Kyungsoo tak sengaja bertemu dengannya kala tertinggal kapal feri yang akan ditumpangi...