50. Invitation

5.1K 563 165
                                    




"Istri pimpinan D&O Group, Jung Sooyeon, dinyatakan bersalah di sidang pertamanya, jaksa pengadilan menuntut hukuman penjara seumur hidup atas tuduhan pelaku pembunuhan istri pertama Presdir Do, pimpinan D&O Group. Sidang ini ...."

Berita di televisi itu yang membuatku bergeming kala membuka pintu ruangan Pak Jeon. Namun, Pak Jeon segera saja mematikan televisi setelah melihatku yang masuk ke ruangannya.

"Ah, Maaf Do ssi, aku penasaran."

Aku mengedik bahu. "Tidak apa, semua orang pun penasaran." Lagi pula kami menghadiri sidang itu kemarin. Wanita itu sudah dinyatakan bersalah namun pengacaranya meminta banding perkara sehingga masih ada sidang yang perlu dilakukan untuk benar-benar memasukkannya ke dalam penjara bersama sang antek.

Namun, sejauh ini sudah lebih baik. Kami hanya perlu bersabar.

"Lalu? Kenapa datang?"

Aku tersenyum merespons ucapan Pak Jeon, tangan menggoyang di udara menunjukkan sebuah kartu undangan di tangan. Aku memberikannya pada Pak Jeon.

"Oh sialan!" Pak Jeon mengumpat membaca kartu undangan yang kuberikan. "Kalian benar-benar menikah akhir minggu ini?! Sialan Do Kyungsoo ssi!"

Aku terkekeh. "Seharusnya kau berucap selamat. Kenapa malah sialan. Huh! Aku tersinggung!" Aku berkecak pinggang.

Akan tetapi, Pak Jeon malah datang memeluk. "Selamat Do ssi, orang yang baik pasti mendapatkan yang terbaik," ucapnya sembari menepuk punggungku.

"Do ssi! Do ssi! Kau di mana? Ada yang mencarimu!"

Kami terkejut kemudian oleh pekikan Kim Taehyung di lorong ruangan para fotografer. Cepat-cepat aku membuka pintu ruangan Pak Jeon untuk menghampiri Kim Taehyung. Pak Jeon pun mengekori.

"Siapa yang mencari, Kak?" tanyanya Pak Jeon.

"Itu." Taehyung ssi menunjuk lelaki di ujung lorong di dekat pintu masuk ruangan para fotografer. Sekelebat mataku mendelik. "Dia terus bertanya Do Kyungsoo pada resepsionis di lobi, jadi aku—" Ucapan Taehyung tak selesai lantaran aku memberi kartu undangan tergesa-gesa dan lantas melangkah untuk mendekati lelaki yang mencariku itu.

"Terima kasih undangannya, Do ssi." Bahkan seruan Taehyung tak kuhiraukan kala aku sudah mendekati tamu tak diundang itu.

"Kyung, ayo bicar—" Ucapannya terpotong lantaran aku menarik tangannya dengan cepat, membawanya pergi menuju elevator; meninggalkan lantai lima tempatku bekerja.

_____________






Kantin perusahaan masih terlihat sepi. Wajar saja, ini bahkan belum jam makan siang. Jika saja atasanku tak baik, barangkali ancaman akan mengurangi upah kerja akan merasuki telinga lantaran membolos di jam kerja.

"Kau bekerja di tempat yang bagus. Pimpinannya bahkan adalah kekasihmu."

Aku belum menjawab, masih menatap dengan tajam padanya yang tersenyum manis. Sebenarnya aku sudah muak berhadapan dengan dirinya. "Katakan, Baek? Apa yang mau kau katakan padaku?" ucapku dengan dingin.

"Aku hanya ingin minta maaf, Kyung. Berterima kasih dan pula berpamitan." Dia menceruk susu stroberi yang dipesan dari kantin perusahaan kami.

Mataku perlahan membulat, tak mengerti akan maksud berpamitan itu. Namun, Byun Baekhyun masih saja tersenyum dan mengangguk-angguk.

Bittersweet Our Symphony Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang