Pak Direktur menarik pinggang hingga dada kami saling bertabrakan. Aku menelan ludah sekelebat untuk mengurangi rasa gugup. Setelah kecupan singkat tadi, mata elang Pak Direktur tak berhenti menatap lekat ke arahku; ke seluruh tubuhku. Tatapan itu sungguh tersirat nafsu birahi yang ingin dipuaskan.
"Pak Direktur, aku—" Ucapanku tak terselesaikan, lantaran malah terkesiap oleh tangan Pak Direktur yang mengangkat tubuhku dan lantas menghempas begitu saja di sofa rumah baru kami. Aku meringis kecil merasakan tubuhku yang terhempas cukup kuat.
Tanpa aku meminta, Pak Direktur naik di atas tubuhku. Dengan erat dia menindih dan mengunci tubuh sangat rapat. "Pak Direktur, kita—"
"Kau yang menggodaku, Kyung." Lagi-lagi Pak Direktur memotong ucapanku. Ia pula menyalahkanku. Tangannya bertopang pada badan sofa di sisi leherku, wajahnya semakin datang mendekat. "Bibir yang kau gigit cuma-cuma, juga pipi memerah bak buah persik. Kau membuat ia terbangun dan membengkak. Celanaku menjadi sempit sekali."
Aku terkekeh tipis. "Apa dia yang tadi kau sebut beruang buas?"
Wajahnya semakin dekat saja, panasnya napas yang menerpa berkali-kali menyapu wajahku. "Eum. Sebentar lagi dia akan merobekmu." Kalimatnya kasar sekali, namun jujur saja, itu membuatku tergelitik. Aku bahkan lagi-lagi menggigit bibir menahan gejolak yang begitu saja membuncah.
Aku kemudian mengalungkan tangan di lehernya. "Apa Pak Direktur tidak bisa menahan lagi? Kita akan segera menikah. Kita bisa melakukan sepuasnya setelah menikah."
"Bagaimana bisa menahan jika kau terus menggigit bibir merah yang basah itu?" Ucapannya tak terlontar begitu saja, akan tetapi dibarengi dengan tangan yang mulai membuka celana yang kukenakan. Kala melirik ke bawah, tangannya sudah menyusup masuk di balik celana dalam.
"Eunghh ...." Aku tak bisa menahan lenguhanku. Kepala terbenam masuk lebih dalam ke badan sofa, mau tak mau aku harus menggigit bibir lantaran hangat tangan besar Pak Direktur sudah berhasil menangkap sesuatu yang perlahan menegang.
"Jika sudah begini, apa Kyungsoo-ku masih bisa menahannya?" Suara Pak Direktur menggema di telinga, ditambah panasnya napas yang menerpa; belum lagi tangan besar yang mengguncang isi celana dalam. Benar ucapan Pak Direktur, jika sudah begini, siapa yang sanggup bertahan.
Aku menggeleng, tangan pun tergesa-gesa melepas dasi dan melucuti satu persatu kancing kemeja Pak Direktur.
Terdengar kekeh dari bibir Pak Direktur kala aku meraba perut atletis yang sudah tersibak lantaran kancing kemeja sudah terlepas. "Lihat siapa yang kini memanas? Wajah calon pengantinku semakin memerah." Aku tahu sekali jika itu adalah sebuah ledekan karena tadi aku yang meminta untuk menahan hasrat, namun kini, malah aku yang terlihat menginginkan hal yang lebih dan lebih maksiat lagi.
Sungguh tak tahu apa jawaban yang tepat untuk ucapan kekasihku itu, betapa hasrat semakin menggebu saja. Aku malah menarik lehernya untuk turun agar aku dapat mencium bibir dengan tak sabaran. Bibir bahkan terus melenguh di sela-sela ciuman sejurus dengan tangan kekasih yang mengguncang kencang.
Pak Direktur menutup matanya dan membalas setiap lumatan bibirku. Dia bahkan mendorong lidahnya masuk ke rongga mulut, menjilat semua yang ada di dalamnya.
"Eunghh ... Ahh!" Aku mendesah ketika bibir kekasih mulai menjamah leher.
Pak Direktur melepas tangannya dari balik celana dalam dan kemudian melepas begitu saja celana yang kukenakan; beserta celana dalamnya tentu saja. Dia lantas mengangkat tubuhku naik ke pangkuan sembari terus melahap setiap lekuk leherku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Our Symphony
Fanfiction[COMPLETED] (21+) Boys Love. This story contains some sex scenes in detail, unappropriate words, and uneducated manners. Do not read if you're underage! Kyungsoo tak sengaja bertemu dengannya kala tertinggal kapal feri yang akan ditumpangi...