"Kak, berkeringat! Dahiku! Tanganku!"
Aku panik, sejak tadi pun panik. Dadaku berdesir tak karuan bahkan sejak memasuki ruang tunggu pengantin. Beberapa menit lagi aku berjalan menuju altar, perasaanku semakin tak menentu. Rasa gembira yang meluap-luap dan rasa gugup yang semakin melonjak, bercampur menjadi satu. Apalagi sejak tadi aku tak melihat calon suamiku, hati semakin was-was saja.
"Ya ampun, barusan saja aku membersihkan keringatmu!" Kak Joohyun yang mengoceh. Benar ucapannya, entah sudah seberapa tisu wajah yang gunakan untuk mengusap wajahku. Sampah-sampahnya bahkan berserakan. Kak Joohyun memberikan yang baru dan memunguti kembali sampah tisu wajah yang berserakan.
"Do ssi? Ayo berfoto?" Mataku menatap Taehyung ssi di belakang punggung. Dia sudah membawa kameranya, di sampingnya ada dua lelaki saling menatap nyalang satu sama lain. Model Park dan Pak Jeon masih saja memperebutkan Kim Taehyung.
Aku mengangguk dan bermaksud berjalan menuju tempat berfoto untuk pengantin dan teman-teman sebelum menikah di sudut ruang tunggu yang memang dengan sengaja disediakan. Namun, sejenak kaki terhenti.
"Kak, aku ingin buang air besar!" Tubuhku berbalik menatap Kak Joohyun.
"Lagi?!"
Aku mengangguk dengan cebilan. Lantas berlari menuju kamar kecil ruang tunggu di sudut ruangan yang lain. Aku bahkan mendengar desahan teman-teman yang tadi mengajak berfoto. Ini memang sudah yang ke empat kalinya.
Jangan salahkan aku. Ini terlalu membuat gugup. Hal ini baru pertama kali terjadi di dalam hidupku. Aku bahkan ingin mengutuk kekasih yang merencanakan akad nikah kami di sore hari. Memang itu efektif mengingat acara selanjutnya adalah makan malam dan berdansa, namun demi Tuhan, gugup dan panik tak bisa hilang sejak mata terbuka di pagi hari.
Setelah tiga puluh menit di dalam kamar kecil, aku kembali ke ruang tunggu. Sudah banyak yang menunggu selain Pak Jeon, Model Park, dan Taehyung ssi. Kak Suho yang sejak tadi mengurusi ruangan pernikahan kami sudah kembali ke ruang tunggu. Bisa kulihat Sehun dan Kak Luhannya yang ikut menunggu di dekat pintu masuk ruang tunggu pengantin. Aku hanya tak melihat calon suamiku.
"Ayo Do ssi, berfoto!" Taehyung ssi mengajak lagi, membuatku harus menyemat senyum dan setuju untuk berfoto.
Padahal aku meminta Pak Jeon yang akan menjadi juru foto, namun ia malah memerintah Taehyung ssi dan beberapa fotografer JN yang lain untuk menjadi pemotret acara pernikahan kami.
Kami berfoto. Aku dan Pak Jeon serta Model Park, lantas bersama Kak Joohyun dan Kak Suho. Terakhir kali, Taehyung ssi mengambil potretku bersama Sehun dan Kak Luhannya.
"Kau tidak berkata apa-apa tentang hal ini? Kenapa tiba-tiba datang surat undanganmu?!" Sehun yang berbisik di sela-sela Taehyung ssi mengambil gambar.
"Terlalu banyak hal yang terjadi, aku akan menceritakan nanti," ucapku sembari tetap berusaha tersenyum di depan kamera.
Lagi pula semuanya memang terlalu cepat, pertemuanku dengan Pak Direktur, permasalahan yang terjadi pada kami, hingga kami yang memutuskan menikah saja; memang tak sempat diceritakan kepada siapa-siapa seluruhnya.
"Mempelai tolong siap! Sebentar lagi acara dimulai."
Sejurus setelah petugas penikahan kami berucap, ayahku masuk ke dalam ruang tunggu, membuat yang lain keluar dari ruangan tersebut.
Kukira bukan Ayah yang akan mendampingiku naik ke altar, namun siapa sangka jika Ayah yang serta-merta menyuruh tempat pernikahan ini bersama kekasihku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Our Symphony
Fanfiction[COMPLETED] (21+) Boys Love. This story contains some sex scenes in detail, unappropriate words, and uneducated manners. Do not read if you're underage! Kyungsoo tak sengaja bertemu dengannya kala tertinggal kapal feri yang akan ditumpangi...