"Ah, jika sudah begini sebaiknya minggu depan saja kalian menikah.""EH?!"
Pak Direktur membelalak tak percaya akan ucapan tiba-tiba sang Ayah, ditambah lagi wajah Ayah yang tampak berbinar saat mengucapkan, benar-benar sungguh mengejutkan. Aku bahkan tersedak sup jamur buatan ibu Pak Direktur.
"Kau tidak mau?" Ayah merespons kekagetan Pak Direktur.
Sembari menyodorkan minuman untukku yang tersedak, Pak Direktur berucap panik. "Maksudku, aku suka sekali segera menikah dengan Kyungsoo bahkan itu keinginanku. Akan tetapi, jika minggu depan, itu terlalu cepat. Aku belum mempersiapkan segalanya." Pak Direktur menyampaikan keberatannya. Aku ikut mengangguk perlahan; kendati aku ingin sekali cepat hidup bersama dengan Pak Direktur, bagaimanapun minggu depan adalah terlalu cepat. Kami bahkan belum sepenuhnya menyelesaikan semua masalah.
"Lalu kalian ingin bagaimana? Sebaiknya menurut Kyungsoo bagaimana?" Ayah menanyakan pendapatku.
"K—Kyungsoo menuruti bagaimana pendapat Pak Direktur, Ayah." Bukannya melawan Ayah, tetapi aku pula tak ingin membantah ucapan calon suamiku. Aku harus mengikuti apa yang menurut Pak Direktur baik dilakukan.
"Bahkan belum menikah pun Kyungsoo sudah tak berani membantahmu, Jong! Katakan, bagaimana sebaiknya?" Kini Ayah menatap anak lelakinya.
"Beri tambahan waktu untuk kami mempersiapkannya, Ayah!"
"Apa seminggu kurang cukup? Kalau begitu akan kutambah menjadi sepuluh hari?"
"Ayah!" Pak Direktur merengek kesal.
"Sayang, kau terlalu memaksakan mereka. Biarkan mereka yang menentukannya." Ibu yang kali ini menengahi. Sungguh, aku tak berani mencampuri, terlalu terlihat tidak sopan jika aku yang membantah.
"Dua minggu atau tiga minggu, beri aku dan Kyungsoo waktu dua atau tiga minggu."
"Lama sekali. Ayah bahkan sudah jauh-jauh hari membanggakan menantu Ayah yang cakap dan kreatif kepada semua rekan." Ayah terlihat tidak setuju dengan ide Pak Direktur.
Namun, bukan ketidaksetujuan Ayah yang membuat detak jantung menjadi senewen, melainkan kalimat sudah membanggakan menantu kepada semua rekan itu. Wajahku benar-benar susah sekali diajak berkompromi saat merasa malu dan gugup, mereka memerah sekelebat.
"Baiklah. Dua minggu! Aku akan menikahi Do Kyungsoo dalam dua minggu ini!" Pak Direktur memantapkan keputusannya.
"Hm ...." Ayah mengangguk-angguk sembari menelan menu makan malam kami. "Dua minggu dan jangan menawar lagi!" Padahal kukira ayah Pak Direktur yang akan susah sekali kami dapatkan restunya, aku tak menyangka sekali jika dia malah yang ingin sekali kami segera menikah.
"Lagipula aku harus membawa Kyungsoo ke rumah ayahnya untuk meminta restu," ucap Pak Direktur. Aku bahkan melupakan Ayah, tak peduli lagi jika ia tak memberi restu. Toh, keluarga Pak Direktur sudah menerimaku apa adanya. Akan tetapi, Pak Direktur malah masih mengingatnya, kukira dia ikut membenci ayahku. Kekasihku memang calon menantu yang baik, ternyata.
"Ya sudah, kalau begitu ayo kembali makan. Kenapa acara makan malam kita malah tersendat oleh Ayah dan Jongin yang beradu mulut sih?!" Ibu yang mengoceh di hadapanku, membuatku mau tak mau menyemat senyuman.
"Ayo Nak Kyungsoo, makan yang banyak." Ibu kembali memberi irisan daging asapnya di sendokku yang berisi nasi.
"Terima kasih, Bu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Our Symphony
Fanfiction[COMPLETED] (21+) Boys Love. This story contains some sex scenes in detail, unappropriate words, and uneducated manners. Do not read if you're underage! Kyungsoo tak sengaja bertemu dengannya kala tertinggal kapal feri yang akan ditumpangi...