14. Having Little Talks

8K 869 241
                                    





"Wah, padahal aku sedang menahan, tetapi kau serta-merta membangunkan hewan buas, Kyung!"

Aku memberanikan diri mengangkat kepala, menatap manik mata elang yang memandang dengan tatapan datar, tidak ada mimik wajah yang bisa dibaca secara pasti. Aku tak tahu maksud Pak Direktur setelah ini.

"P—Pak Direktur, aku tak bermaksud—aku hanya—" Bibir bicara tak karuan kala pandangan Pak Direktur semakin susah diartikan. Justru hal seperti ini yang paling menakutkan dari semua sikap dan sifat Pak Direktur. Dia yang menatap tanpa roman yang bisa diartikan setelah berucap satu kalimat yang mengkhawatirkan.

Sedikit pekik ringan yang terdengar dari bibirku kala kemudian Pak Direktur mengangkat dan membopong tubuh di atas pundak. Dia melangkah lebih dalam memasuki rumah.

"Pak Direktur! Jangan begini, turunkan!" Bukan tak suka dengan posisi dipanggul semacam ini, tetapi aku tak bisa menampik jika ini membuatku menjadi semakin memalukan. Terlebih, aku lelaki dan badanku cukup berat; bertambah lagi nanti rasa malu jika Pak Direktur mengomentari tentang berat badan.

"Pak Dir—" Kalimatku terputus kala ia sudah berhenti melangkah dan segera menurunkan tubuhku dari pundaknya. Aku tahu wajah ini memerah, namun segera saja aku berpaling dari tatapannya, berpura-pura menyisir ruangan di mana ia menurunkan tubuhku.

Kami berada di dalam kamar mandi. Masih terlihat elegan dengan corak hitam dan lantai marmer batu alam yang indah. Dari luar jendela kaca, dapat kulihat keindahan kota Seoul.

"A—apa kita akan melakukannya di sini?" tanyaku takut-takut sembari menatap lagi wajah tampan Pak Direktur.

Dia terbahak-bahak. "Apa aku terlihat seperti ingin sekali melakukannya sore ini?" Pak Direktur meledek, membuatku mau tak mau mencebil karena kesal. Padahal tadi dia sendiri yang berucap jika aku sudah membangunkan hewan buas, tetapi kini malah berkilah seolah aku yang ingin sekali melakukannya.

Dia tersenyum dan lantas mengecup bibirku sekilas. "Aku tak hanya akan melakukannya di sini, Sayang. Aku akan melakukannya di semua sudut rumahku," bisik Pak Direktur di daun telinga, yang kemudian bekerja dengan sangat baik membuat area wajah memerah, terutama pada daging pipi dan daun telinga.

"P—Pak Direktur." Aku memukul dadanya lantaran tak sanggup lagi menahan rasa gugup dan malu yang bercampur aduk.

Pak Direktur tertawa ringan dan datang memeluk tubuhku. "Kau milikku, Kyung." Lagi-lagi frasa milikku, sebenarnya itu masih mengganggu saja mengingat dia tidak secara jelas menggambarkan kepemilikan yang seperti apa.

Aku lantas ikut memeluk tubuhnya. "Apa Pak Direktur juga boleh menjadi milikku?" Aku sedang ingin membahas urusan kepemilikan ini, tetapi kali ini dibahas dengan lemah lembut saja, bukan ucapan kasar semacam hari kemarin.

"Hell yes, Kyung! Kau boleh memiliki aku sesukamu," jawab Pak Direktur.

"Tetapi bukan hanya memiliki tubuh Pak Direktur yang sangat memabukkan ini, aku juga ingin memiliki ini." Sengaja sekali jari jemari berputar di dada, di daerah detak jantung yang berdenyut.

Pak Direktur melepas pelukan dan mencengkram bahuku dengan erat. "Jangan bilang kau berpikir aku hanya ingin memiliki tubuhmu ketika aku bilang kau milikku?!" Pak Direktur bertanya, dahinya berkerut penuh lipatan. Aku terpaksa mengangguk, membenarkan isi hatiku yang selama ini beranggapan semacam itu. Apalagi pertemuan kami diawali dengan hal semacam itu.

"Sial Kyung! Aku mencintaimu!" Mata membulat kala ia berucap kalimat itu, wajahnya terlihat sedikit frustrasi kala mengatakannya.

"Baiklah ... semua memang berawal dari hal itu, semua dimulai dari kita yang menggila malam itu, tapi setelahnya berimbas akut terhadapku." Pak Direktur menghela napas, wajahnya masih terlihat kacau kala menjelaskan. "Wajah dan senyummu terus terngiang di kepala. Rona memerah, mata bulat, dan bibir tebal itu, aku benar-benar gila dibuatnya." Aku menggigit bibir bawahku mendengar pengakuan Pak Direktur.

Bittersweet Our Symphony Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang