Kemeja putih bercorak garis hitam dipadu dengan celana dasar kain hitam adalah setelan kerja hari pertamaku. Rasanya bercampur aduk; ada senang yang menggeluti lantaran berhasil diterima untuk bekerja di perusahaan besar dengan pekerjaan yang kusukai, ada juga perasaan was-was dan tak tenang oleh eksistensi direktur mesum mereka yang gagah perkasa mendominasi.
Jika teringat lagi malam itu, di mana ia meniduri dengan hasrat birahi membara, aku benar-benar dibuat uring-uringan. Resah dan gelisah, dada berdegup dengan kencang.
"Hah!" Aku menghela napas berat, sekelebat ragu menyerang, memaksaku mendudukkan bokong pada ranjang yang diejek kecil dan sempit oleh Direktur Kim.
Iya, Direktur Kim. Kepalaku penuh oleh Direktur Kim yang sialan sekali wajah tampannya. Sejak malam itu pun, rupanya yang rupawan, betapa tak bisa hilang dari pikiran. Lama kelamaan, aku bisa benar-benar gila.
"Kyung? Do Kyungsoo?!"
Sontak tersentak oleh ketukan dari luar rumah. Sekelebat lamunanku buyar dan terburu-buru membuka pintu rumah sewaku.
"Kak Suho?"
Sudah ada Kak Suho berdiri di depan pintu rumah. Padahal aku belum memberikan alamat rumahku padanya, tetapi dia sudah datang menemui. Ah, aku pasti membuatnya khawatir lagi.
"Bagaimana kakak datang?" tanyaku kemudian.
"Aku tanya Sehun. Semalam aku datang ke bar, tadinya mau langsung datang ke rumahmu, tetapi Joohyun malah mengajak makan malam bersama keluarganya. Jadi, aku baru sempat datang sekarang. Maaf?" ucap Kak Suho membuat kepalaku menggeleng cepat.
Akulah yang bersalah di sini, tetapi malah dia yang meminta maaf. "Aku yang mengabaikan janji makan siang kakak kemarin, dan sampai malam pun aku lupa memberi kabar. Aku yang minta maaf."
Setelah Direktur Kim datang mengantar dan membuat daging pipi memerah, seharian penuh sampai semalaman pikiran dan perasaanku benar-benar tak tenang sehingga semua keadaan terabaikan. Yang kulakukan hanya bergelung pada selimut dan meringkuk di dalamnya berharap lelap cepat datang agar wajah tampan sialan itu membuyar.
Kak Suho menggeleng kepala sembari tersenyum. "Kau kan sedang bersama atasan. Bagaimana bisa aku menghalangi dan memaksa kehendak untuk makan bersama?" Tak bisa kupungkiri, Kak Suho memang seorang malaikat. Aku benar-benar bersyukur masih ada seseorang seperti dia di dalam hidupku.
"Kau akan berangkat kerja? Ayo kuantar!"
Aku menggeleng cepat, tangan bahkan itu bergoyang menolak ajakannya. "Terlalu jauh dan berlawanan arah dengan perusahaan Kakak. Aku bisa naik bus," ucapku.
"Jika kau menolak, aku akan membuatmu merasa bersalah." Kak Suho terkikik, masih keras kepala untuk pergi mengantar. "Lagi pula kau harus bercerita padaku. Ini juga menyangkut pekerjaanmu di studioku."
Benar kata Kak Suho. Jika aku sudah bekerja untuk perusahaan JN, secara otomatis aku akan susah bekerja untuk studio Kak Suho. Apalagi Kak Suho serta-merta membeli studio foto untuk membantuku bekerja pada bidang yang kusuka. Akan benar-benar berengsek sekali jika aku tidak memberikan kejelasan.
"Baiklah. Aku ambil tas dulu," ucapku dan lantas terburu-buru masuk ke kamar mengambil tas ransel.
"Sudah sarapan?"
"Belum, Kak."
"Kita makan lebih dahulu sebelum berangkat kerja."
"Tak usah, Kak. Aku bisa—"
"Kau benar-benar menyakitiku jika menolak, Kyung."
Hm, tidak bisa menolak, ternyata.
_________
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Our Symphony
Fanfiction[COMPLETED] (21+) Boys Love. This story contains some sex scenes in detail, unappropriate words, and uneducated manners. Do not read if you're underage! Kyungsoo tak sengaja bertemu dengannya kala tertinggal kapal feri yang akan ditumpangi...