11. Hesitant

8.7K 893 209
                                    



"KYUNG! KYUNGSOO! KAU DI DALAM?"

Suara sayup itu memanggilku kembali ke alam kesadaran. Aku mengerjap mata, mencoba memahami keadaan. Leher terasa menggelitik lantaran hangat napas yang menerpa, tangan besar melingkar di perut. Aku terkesiap, dengan sekejap membuka mata lebar.

Kugigit lengan besar yang memeluk dan menendang perutnya agar menjauh dari tubuhku. Dia memekik dan meringis kesakitan.

"Tidak bisakah kau berhenti bersikap kasar kala bangun di pagi hari? Waktu itu kau menendang hingga jatuh ke ranjang, kali ini kau menggigit!" Dia mengomel sembari mengusap lengan bekas gigitanku.

Jangan salahkan aku. Sungguh belum terbiasa sekali bangun tidur dan mendapati dirinya yang memeluk erat. Wajar saja jika membuat kaget dan memaksaku berbuat kasar.

"KYUNG! Ini aku, Suho. Buka pintunya!"

Suara di balik pintu masuk mengusik seteru kami, aku segera beranjak dan bermaksud membuka pintu kalau saja dia tak kembali bicara mengingatkan.

"Celanamu! Kau mau keluar telanjang?" ucapnya acuh tak acuh, barangkali masih kesal lantaran gigitanku beberapa menit lalu.

Kala melirik bagian selatan, benar saja aku tak memakai apa-apa, milikku bahkan tergantung layu di sana. Memalukan sekali.

Dengan segera saja aku kembali ke tempat kami bergumul semalam, membalik selimut dan bantal terburu-buru mencari celana yang terlempar sembarangan semalam.

"Itu di rak." Dia menunjuk rak pembatas antara ruang tamu dan kamar tidur. Celanaku tersangkut di antara buku-buku yang tersusun. Ingin sekali terkesima lantaran bagaimana hebat dia melempar semalam hingga tersangkut di sana, tetapi tak ada waktu, Kak Suho terus mengetuk pintu.

"Tunggu sebentar, Kak!" seruku setelah berhasil memakai celana.

Dengan segera, melangkah kaki terburu-buru menuju pintu masuk rumah. Kala membuka, Kak Suho sudah berdiri di sana dengan kantong plastik di tangan.

"Hai, Kak. Selamat pagi." Aku menyapa dengan senyum berusaha manis.

"Ah, ini yang namanya Kak Suho?" Suara di balik punggung lantas mengejutkanku. Kak Suho bahkan mendelik memandangi dia yang tak memakai baju; tubuh sawo matang terekspos, pinggang hingga lutut kakinya hanya ditutupi selimut putih yang terlihat acak-acakan.

Aku tersenyum canggung melirik Kak Suho. Lantas, mendorongnya masuk kembali ke dalam rumah. Dengan cekatan tangan menarik anak kunci dan kemudian mengunci pintu dari luar. Tak peduli setelahnya dia mengetuk kasar dari dalam.

"M—Maaf, Kak." Aku tersenyum canggung lagi.

"Sudah menemukan pengganti Tuan Park?" tanya Kak Suho.

"B—bukan! Dia hanya teman!" Aku menggeleng kepala bersama tangan yang berayun, mengelak tuduhan Kak Suho.

"Hanya teman tetapi kalian bercinta semalam?"

Aku menggeleng lagi dengan cepat. "K—kami tak melakukannya." Aku berbohong.

Kak Suho berdecak dan bersungut menunjuk celana yang kupakai. "Tak melakukannya tetapi kau memakai celana tergesa-gesa bahkan terbalik kala menyambutku?" Kak Suho menyodorkan kantong plastik di tangan.

Aku segera melirik celana. Seketika merutuk akan kebodohan, benar saja, aku memakai celana terbalik. Memalukan sekali.

Kak Suho tak acuh saja, kembali menggoyang kantong plastik di tangan agar aku menerima bawaannya. "Ini, belikan beberapa bungeoppang."

Bittersweet Our Symphony Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang