Model Park melaju sangat kencang, seakan ia benar-benar sudah terlambat ke acara pertunangan Pak Direktur.
"Seharusnya kau diam saja di rumah. Jadi, aku bisa menjemput dengan tepat! Kalau sudah begini, bisa-bisa Kak Jongin sudah menyemat cincinnya! Sial!"
Aku benar-benar tak tahu apa yang sedang terjadi dan aku tak tahu apa rencana Pak Direktur sebenarnya di acara pertunangan ini.
"Apa yang sedang terjadi sebenarnya?" Aku bertanya.
"Diam dan berpegangan yang kuat, Kak Kyung. Kau akan tahu jika sudah sampai di sana!" Model Park terus melaju kencang.
Barangkali setelah tiga puluh menit kemudian laju mobilnya melambat, memasuki gerbang yang terbuka lebar dan menyeberangi jembatan sembari terus mengikuti jalan. Setelah beberapa meter, rumah bak istana terlihat bergemilang.
Ini pertama kalinya aku mendatangi. Rumah orang tua Pak Direktur benar-benar mewah. Malam ini terlihat meriah dengan lampu berkelap-kelip dan air mancurnya yang mengucur warna-warni. Beberapa ucapan selamat memenuhi sepanjang halaman rumah Pak Direktur.
Model Park tak bohong kala mengatakan Pak Direktur mengundang seluruh orang yang dikenalnya, tampak banyak sekali mobil terparkir rapi yang memenuhi halaman besar rumah orang tua Pak Direktur.
Aku menelan ludah kala pintu besar rumah Pak Direktur terbuka lebar. Apalagi kala kaki memijak ke dalamnya, pandangan mata para undangan acara Pak Direktur menjurus ke arahku.
Keadaan semakin lebih dramatis lagi kala Pak Direktu melangkah terburu-buru mendekatiku yang berada di muka pintu.
Dia tampan. Dengan tuxedo hitam yang dibalut kemaja putih yang rapi. Dasi pita di kerah baju, menambah ketampanannya. Belum lagi rambut mengkilap yang disisir sangat rapi.
Kekasihku adalah makhluk Tuhan yang nyaris sempurna.
Pak Direktur langsung saja menangkap wajahku; memberi kecupan dan lumatan bertubi-tubi di bibir, menunjukkan jika aku adalah milik dirinya seutuhnya. Dia bahkan tak peduli kala bisik-bisik miring para undangan terdengar memenuhi rumahnya.
"P—Pak Direktur?" Aku menatap wajahnya kala ia melepas kecupan kami. Ini sudah hari ke empat, aku benar-benar merindu wajah tampannya.
"Kenapa lama sekali? Aku bahkan khawatir kau tak datang!" ucapnya tegas, namun tersirat kekhawatiran.
"A—a ku—"
"KIM JONGIN!" Ucapanku terputus dan tersentak oleh suara mengejutkan di belakang punggung Pak Direktur.
Kekasihku mengabaikan, malah dia tersenyum dan menggenggam tanganku. Dia mengajakku melangkah menuju pemilik suara keras tadi.
"Sudah kukatakan aku hanya akan menikahi pewaris asli D&O Group, Ayah!" Pak Direktur berucap lantang bahkan lebih lantang dari sebuah pengeras suara pada pemilik suara yang berseru namanya tadi.
Pak Direktur lantas melirik lagi ke lain arah. "Ini Do Kyungsoo, anak kandung Paman Do, bukan? Aku hanya akan menikahi anak kandung Paman Do bukan menikah dengan gadis adik istri muda Paman!"
Mataku membeliak hebat, ludah bahkan tertelan mentah-mentah kala melirik arah yang sama dengan pandangan Pak Direktur. Tubuhku kaku dan tak dapat bergerak dalam sekejap, lengan Pak Direktur semakin erat dalam genggamanku.
Itu adalah Ayah, di ujung sana. Wajahnya geram dengan sarat amarah yang menggebu-gebu menatapku.
"Tenanglah, Sayang. Semua akan baik-baik saja. Kumohon, percaya padaku." Jari-jemari Pak Direktur menyusup di antara rongga telapak tangan, meyakinkan jika kami akan baik-baik saja bahkan setelah kekacauan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Our Symphony
Fanfiction[COMPLETED] (21+) Boys Love. This story contains some sex scenes in detail, unappropriate words, and uneducated manners. Do not read if you're underage! Kyungsoo tak sengaja bertemu dengannya kala tertinggal kapal feri yang akan ditumpangi...