35. Scandal

6.6K 694 125
                                    




Kusibak selimut setelah kesadaran sepenuhnya terkumpul. Pak Direktur masih memeluk erat di pinggul. Dia masih nyenyak sekali tertidur, dengkurannya terdengar halus di telinga. Aku tahu dia lelah, apalagi setelah acara pertunangannya yang gagal dan pula kemudian dia menggagahi tubuhku hingga malam semakin larut.

Dengan hati-hati aku melepas pelukan Pak Direktur dan kemudian beranjak dari posisi tertidur. Aku merapikan selimut untuk kembali menutupi tubuh kekasihku. Sudut bibir terangkat dan tersemat senyum tatkala melirik wajah terlelap sang kekasih. Teduh dan damai sekali. Dengan wajah yang semacam ini, dia tidak terlihat seperti penguasa otoriter yang mesum, alih-alih seperti lelaki baik-baik yang sangat lugu tanpa dosa.

Terlepas bagaimanapun sikapnya, aku sungguh mencintainya; sudah benar-benar terjatuh olehnya. Bahkan ia sudah kerapkali membuat cemas dan berperilaku seenaknya saja, namun itu sama sekali tak bisa membuatku serta-merta membencinya dengan sangat.

Aku pernah mencintai seorang lelaki dengan amat sangat dan terus mengabulkan apa pun yang ia minta. Namun, bersama Pak Direktur semuanya menjadi berbeda. Rasa cintaku berada di luar batas kenormalan, aku menggila olehnya. Dan, tanpa perlu aku meminta, dia sudah memberi segalanya. Aku bahkan tak perlu memberi apa pun lantaran ia sudah memiliki segalanya. Demi Tuhan, Aku tidak bisa kehilangan lelaki yang seperti ini.

Kusisir perlahan rambut-rambut kecil di dahi Pak Direktur, lantas dengan hati-hati kukecup dahinya. "Aku mencintaimu." Kubisik dengan lembut kata cinta untuknya.

Aku kemudian beranjak dari ranjang. Niatnya ingin mandi dan merapikan diri untuk pergi bekerja, tetapi malah tertarik melirik ponsel dan memeriksa beberapa pesan dan panggilan yang masuk. Ada panggilan dari Kak Joohyun dan Sehun. Ada beberapa pesan juga yang dikirim Kak Suho.

Kuputuskan setelahnya menelepon Kak Joohyun terlebih dahulu.

"Hei, Kyung? Kau baik-baik saja?" Kak Joohyun dengan segera menerima telepon dan bertanya keadaanku.

"Eum. Aku baik-baik saja, Kak. Maafkan aku." Mengingat kejadian tempo hari, aku seharusnya tak meninggalkan Kak Joohyun begitu saja.

"Tak apa. Aku tak masalah, tetapi apa masalahmu dengan lelaki kemarin terselesaikan dengan baik?"

"Eum. Kami baik, Kak."

"Syukurlah jika begitu. Jika tidak, katakan padaku. Aku akan menampar lagi wajahnya jika perlu."

"Kakak menampar wajahnya?!" tanyaku tak percaya. Pak Direktur pun belum menceritakan hal yang ini.

"Aku menamparnya dan memaki sebelum mengejarmu. Tetapi, kamu malah tak ada di mana-mana." Kak Joohyun mendesah napas berat di balik telepon

"Maafkan aku, Kak. Dan, terima kasih," ucapku dengan tulus. Kak Joohyun mengatakan tidak masalah dan kemudian menyuruhku untuk menjaga diri sebelum menutup teleponnya.

Aku melirik kekasihku yang terlelap kala sudah memutuskan sambungan telepon dengan Kak Joohyun. Malang sekali wajah tampan Pak Direktur-ku. Aku akan bertanya dan meminta maaf pada Pak Direktur tentang tamparan Kak Joohyun jika keadaan kami sudah baik nanti.

______________




Pak Direktur menggeliat di ranjang ketika aku sedang merapikan pakaian di depan cermin. Tadi malam aku sudah meminjam piama tidurnya, hari ini untuk berangkat kerja pun aku meminjam kemejanya. Sebenarnya tak masalah sama sekali; aku suka gaya berpakaian Pak Direktur, banyak sekali kemeja di kamar ganti yang ingin sekali kumiliki saja. Namun, semua pakaian-pakaian bagus itu tampak kebesaran di tubuhku. Salahkan saja Pak Direktur yang memiliki pundak yang besar.

Bittersweet Our Symphony Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang