MBF : 11

506 61 1
                                    

Cieeee official~
adakah yang official hari ini
barengan kara sama nata?

"kar, gue mau bilang sesuatu." Ungkap nata setelah uci dan kak dem benar-benar pergi meninggalkan kita berdua.

Saat nata sedikit berfikir untuk melanjutkan kalimatnya, yang gue lakukan hanya memandangnya sesekali dan kembali menunduk.

"maafin gue karena gue ngebentak elo, lagi". Nata menoleh menatap gue dan gue gak bisa mengalihkan pandangan seperti sebelumya, gue melihat rasa takut dari tatapannya, dan kalimat yang baru aja gue dengar terkesan begitu tulus ditelinga gue.

"kar, gue sayang sama elo". Sambungnya. Entah kenapa hati gue hangat mendengar ungkapan nata, gue gak ragu sama sekali dengan kata-kata itu. Sampe gue gak sadar kalo air mata seketika keluar gitu aja dari pelupuk mata gue.

"elo kok nangis kar? Gue salah ngomong ya". Nata kaget liat gue nangis tiba-tiba.

"elo jangan bentak gue lagi nat, tangan sama kaki gue perih gini bukannya diobatin malah elo marahin" jawab gue dengan isakan.

"iya iya, gue minta maaf kar, gue emosi tadi." Jawabnya lagi.

"nat, gue" gue menjeda kalimat dan berfikir. Apa yang harus gue bilang sama nata? Gue juga sayang sama dia, itu kenyataannya. Tapi gue, gue gak mau kalo pada akhirnya gue sama dia gak berhasil dan endingnya ngerusak apa yang kita punya selama 10 tahun terakhir ini.

"gue juga sayang nat sama elo". Gue menenggelamkan wajah gue ditumpuan tangan karena malu. Ya, biarin kali ini aja gue egois, biarin kali ini hati gue yang menang mengalahkan fikiran gue. Perihal besok dan seterusnya, gue gak perduli.

Gue gak mendengar jawaban apapun dari nata.

"kok elo diem aja sih nat." bentak gue menatap nata yang ternyata tengah tersenyum lekat menatap gue.

Pipi gue panas, gue yakin muka gue merah sekarang.

Gak bisa, gue gak bisa gini. Gue harus pergi dari hadapan nata.

Nata ikut berdiri menyusul gue yang pergi dengan kaki setengah pincang meninggalkan dia.

"gengsian amat sih lo sampe harus pergi segala." Tangan gue berhasil ditarik nata dan berakhir dipelukannya.

Indera penciuman gue mencium lekat bau maskulin dari tubuh nata, bau parfum yang sudah bercampur dengan keringatnya tapi tetap menjadi favorit gue.

"kar, gue" nata melepaskan pelukannya tapi dengan tangan yang tetap melingkar di bahu gue, nata mendekatkan wajahnya yang seketika berujung pada pemikiran liar gue.

Enggak! Ini masih terlalu awal, gue belum siap. Kita baru aja saling mengungkapkan isi hati kita dalam waktu kurang dari satu menit yang lalu, dan apa yang sekarang mau dilakuin nata.

"gue laper karena abis marah-marah kar". Sambung nata sambil kembali menenggelamkan wajahnya dibahu gue.

Sialan! Apa yang baru aja gue fikirin, untung gue gak merem. Gue malu!

Setelah berakhirnya fikiran terkutuk gue, nata pulang dulu kerumahnya buat mandi dan ganti baju. Sementara gue, gue manasin makanan yang sengaja disiapin nyokap pagi tadi buat makan sama nata.

Bukannya gue lebay atau cengeng, tapi setelah bangun tidur tadi, badan gue terasa kebas dan gak enak.

"mulai kerasa sakit ya?" nata datang saat gue kesulitan ngangkat panci berisi soto.

"sini gue aja" tambahnya lagi mengambil alih kerjaan gue, sementara gue duduk duluan di meja makan dan disusul oleh dia beserta dua piring dan dua sendok.

My (boy) Friend | Bbyu Vol.1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang