Setelah tragedi di pemakaman, nata pergi lebih dulu dan mengurung dirinya di kamar selama berjam-jam."sebaiknya kita bialin nata sendili dulu kal, sama sepelti kita yang telpukul, nata pasti lebih telpukul lagi" ujar kak cadel menuntun gue duduk di sofa bersama kak demas, kak nano dan uci.
Sampai tengah hari, nata masih belum keluar dari kamarnya.
Kejadian di pemakaman tadi pastilah menjadi tamparan baru untuk nata, orang yang selama ini selalu dihindarinya dan dengan tanpa bersalah datang di saat saat terpuruknya.
Sepeninggalnya nata dari pemakaman. Reza dan om Rama papa nata datang bertamu ke rumah gue.
Hanya gue yang dibuat kaget dengan kenyataan jika Reza, orang yang baru-baru ini gue kenal adalah kakak tiri nata.
"Tari sudah banyak cerita tentang anda kepada saya" ujar ibu menyajikan teh untuk om rama dan reza.
"saya juga banyak mendengar tentang anda dari Tari. Sebelumnya, saya ingin meminta maaf jika kehadiran saya dengan anak saya mengganggu anda beserta kara, terlebih saat saya tau jika anak saya ini tidak sengaja menabrak kara putri anda tempo lalu"
"sekitar 10 tahun saya mengerahkan semua usaha saya untuk mecari keberadaan Tari dan nata saat mereka berdua diam-diam meninggalkan rumah kami dulu. Saya tahu betapa kecewanya mereka terhadap saya saat itu. Hingga sekitar lima bulan lalu, tari mengejutkan saya dengan kedatangannya di kantor"
"tari datang, memberitahu penyakit yang sedang dideritanya dengan satu tujuan. Dia ingin saya bertanggung jawab kembali atas diri nata karena ya, nata adalah anak tunggal kami. Walaupun sulit dan hampir mustahil rasanya untuk nata bisa menerima saya kembali. Sebenarnya saya kerap beberapa kali melihat nata diluar, tapi saat saya datang berjalan mendekatinya, nata berlari menjauhi saya".
Ujar panjang om rama yang terdengar pilu.
"anda tidak perlu khawatir mengenai nata, sejak pindah menjadi tetangga saya, nata sudah saya anggap seperti anak saya sendiri. Saya juga tidak bisa melarang anda untuk menemui nata karena anda memang papa kandungnya dan tari lah yang meminta ini. Tapi, memang bukan rahasia lagi jika nata akan sulit menerima kedatangan anda kembali, untuk itu saya mohon berikan nata sedikit waktu sendiri. Ini demi kebaikan anda dan juga nata".
Jawaban tegas ibu cukup menjadi tamparan untuk om rama.
"maaf jika pertemuan keempat kita terjadi dalam situasi rumit seperti ini kara" ujar reza saat gue mengantarnya keluar rumah.
"dunia memang selalu mempermainkan kita dengan hal seperti ini za, ini semua bukan apa-apa" jawab gue
"kamu pasti tau sebenci apa nata sama aku, tapi ada hal yang harus kamu tau. Semenjak nata dan mamanya pergi saat itu, keluarga kami tidak pernah sebahagia seperti yang dikabarkan berita dan majalah".
"aku harap kita bisa bertemu lagi, dengan situasi yang lebih baik"
Tangkasnya lalu masuk kedalam mobil hingga berlalu.Saat reza dan om rama pulang, gue kembali termenung merasakan kembali kehilangan akan mama.
"sayang" panggil ibu seraya duduk memeluk gue
"kamu harus kuat sayang, kita harus kuat untuk nata. Satu-satunya cara untuk menghapus air mata nata adalah dengan menghentikan air mata kita" ujar ibu dengan lembut mengusap punggung gue.
Saat hampir semua orang menyerah untuk membujuk nata keluar dari kamarnya, gue tetap disana. Mengetuk dan memarahi nata dari balik pintu.
"nata" panggil gue
"nata keluar dulu nat, elo belum makan dari semalem dan ini udah mau sore"
"nata plis, gue tau elo masih terpuruk tapi enggak dengan cara menyiksa diri lo sendiri"
KAMU SEDANG MEMBACA
My (boy) Friend | Bbyu Vol.1
Fanfic[ C O M P L E T E D ] Butuh waktu sepuluh tahun untuk gue bisa mengungkapkan apa yang selama ini gue pendam. Rasa sayang gue terhadap kara -Nata "cewek bar-bar yang selalu gue kagumi walau saat dia bangun lengkap dengan ilernya, entah sejak kapan ta...