Disalami puluhan bahkan ratusan tamu undangan, gue sama kara ambruk kelar resepsi.
Fikiran gue hanya satu saat berjalan ke kamar ‘kita’ gue pengen tidur meluruskan badan gue yang teramat lelah ini.
“gak mau mandi dulu?” tanya kara saat melihat gue menjatuhkan diri setibanya didalam kamar.
“kamu aja duluan, aku pengen lurusan dulu” jawab gue singkat.
Sekitar tiga puluh menit kemudian kara keluar rapi dengan piyama tidurnya.
Gak tau apa alasannya, gue sama kara hanya terpatung tanpa kata saat dia berjalan dan duduk di depan meja rias memandang wajah gue sekilas dari pantulan cermin didepannya.
Canggung. Haha
Gue sama sekali gak pernah membayangkan akan melewati tahap ini, gue sama kara yang biasanya bercandaan tanpa batas sebelumnya hanya bisa menertawakan diri kami masing-masing dalam hati karena situasi ini.
“buruan sih udah mau jam tiga-an juga! masuk angin tau rasa nanti” ujarnya lagi.
“iya iya, tunggu aku ya” jawab gue yang entah kenapa meminta kara menunggu gue.
Seperti kebanyakan laki-laki lainnya, gue gak harus membutuhkan waktu lama untuk mandi, hanya butuh lima belas menit bahkan bisa lebih cepat dari itu.
‘semangat bro! elo pasti bisa!’
Gumam gue menarik nafas dalam-dalam saat keluar kamar mandi untuk menyembunyikan kegugupan di depan kara.
Rencana hanyalah rencana.
Saat keluar, gue mendapati kara telah terlelap lebih dulu diatas sofa dengan ponsel yang dipegangnya.
Bukannya berdecak sebal, gue hanya tertawa melihat tingkahnya.
‘kalo ngantuk kenapa gak tidur di kasur aja sayang?’ bisik gue pelan saat mendekat lalu berjongkok mengelus surainya.
Selembut mungkin gue angkat tubuh kara untuk berpindah dari atas sofa menuju tempat tidur.
Tubuh gue emang gak bisa berbohong.
Saat lelah, biasanya gue menghabiskan lebih dari delapan jam untuk terlelap.
Sekitar pukul sebelas siang, gue terbangun tanpa kara.
Berjalan dengan mata yang masih lekat ingin menutup, gue mencari kara kesetiap sudut rumah dan berakhir di dapur.
“morning .. “ sapa gue memeluknya dari belakang.
“morning dari hongkok pak? Ini udah siang kali!”
Byarrr! Gue kesel. Gak ada romantis-romantisnya sih bini gue!
Menyadari gue berdecak sebal, kara hanya tertawa melanjutkan aktifitasnya.
“ibu kemana?” tanya gue masih memasang muka kesal.
“ibu keluar sejak pagi tadi, katanya sih ada urusan”
“kamu bangun jam berapa?”
“aku juga baru bangun barusan, langsung mandi terus ke dapur. Niatnya sih siapin kamu makan hasil masakan aku. Tapi mertua kamu terlalu baik hati sampe-sampe bikinin kita sarapan dulu sebelum pergi. Jadi aku tinggal angetin aja deh!” jawabnya panjang lebar dengan tawa di akhir kalimatnya.
.......
Setelah mengisi perut, gue memutuskan untuk mandi dan melanjutkan hal yang bahkan belum dimulai malam tadi.
Turun dari kamar, gue mendapati kara yang tengah asik menonton drama favoritnya.
Sampe ikut duduk disampingnya, Kara sama sekali gak ngerespon kedatangan gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
My (boy) Friend | Bbyu Vol.1
Fanfiction[ C O M P L E T E D ] Butuh waktu sepuluh tahun untuk gue bisa mengungkapkan apa yang selama ini gue pendam. Rasa sayang gue terhadap kara -Nata "cewek bar-bar yang selalu gue kagumi walau saat dia bangun lengkap dengan ilernya, entah sejak kapan ta...