MBF : 41

415 48 15
                                    

Hai, sebelum temen-temen
baca part ini,
Aku mau tanya~
Apa temen-temen setuju, kalau Kara&Nata dibuatkan 2'nd book setelah selesai book ini?

Komen jika temen-temen setuju ya~

………

Jauh dari perkiraan gue, ternyata kara sesantai itu menanggapi kedatangan dinda di acara makan kali ini.

Entah karena gak enak karena dinda datang atas permintaan nano atau bukan. Yang jelas gue lega karena gue gak harus ribuk masalah ini sama dia.

Kelar acara makan-makan, mood kara emang stabil banget tanpa menunjukan tanda-tanda kalo gue harus siaga.

Yang ada malah disepanjang jalan pulang itu dia gak berhenti godain gue karena dia tau kalo dinda pedekatean sama nano.

“gimana rasanya kehilangan mantan yang jatuh ke tangan sahabat sendiri?” ujarnya dengan nada yang menyebalkan.

“apaan sih kar. Gue sih biasa aja” jawab gue santai.

Gue kesel karena jadi bulan-bulanan kara. Tapi disisi lain gue juga lega kalo kara bakal berhenti salah faham tentang dinda mulai dari sekarang.

Hari ini, menyambut kepulangan bokap gue yang selesai menjalani operasi.

Gue ditemani kara dan ibunya beserta personil lainnya datang untuk makan malam.

Terlepas dari rasa bersyukur gue karena papa kembali dengan keadaan sehat, sesuatu terus mengganggu gue.

Reza.

Gue terus menerus menangkap reza yang tengah menatap lekat kara dengan perasaannya.

Kenapa gue bisa tau? Karena dengan tatapan yang sama itulah gue menatap kara.

Dan gue gak mau ada cowok lain melakukan hal yang sama dengan gue untuk kara.

Berbagai topik kami bahas saat duduk bersama diteras depan rumah. Telinga gue mendengar semua percakapan mereka tapi gak ada satupun yang berhasil gue tanggapi.

“gue ke belakang sebentar” ujar gue meninggalkan kara, reza, nano dan juga cadel.

“elo kenapa sih nat, bête banget muka nya. Harusnya elo seneng dong, papa lo udah pulang, dengan keadaan sehat pula”

Tanpa gue duga ternyata kara ikut ngebuntutin gue pergi memisahkan diri kearah dapur.

“gue seneng kar gue seneng. Tapi gue gak nyaman aja ada disekitar reza” jawab gue jujur.

“emang reza kenapa nat, elo aneh deh. Kak nano sama kak cadel aja tuh biasa aja malah akrab gitu sama dia”
Jujur gue gak suka dengan jawaban kara yang terdengar seperti membela reza di depan gue kali ini.

“elo gak tau sih kar” sanggah gue frustasi.

“yaudah kasi tau gue biar gue tau nat"

“reza suka sama lo kar! Dan dia berusaha ngambil elo dari gue”

Kara cuma diem sesaat mendengar penuturan gue sebelum dia menjawab-

“elo salah faham kali nat. Gue sama reza gak ada apa-apa kok, dan dia juga gak ada bilang apa-apa sama gue”

“dia bilang langsung sama gue kar. Dan gue gak suka itu”

Gue udah bingung dengan sikap kara yang pura-pura enggak perduli dengan semua ini.

Sampai akhirnya kara berjalan mendekat dan membenamkan wajahnya di dada gue. Pelukan kara begitu erat gue rasa, seolah dia ingin meyakinkan kalo dia milik gue sepenuhnya.

My (boy) Friend | Bbyu Vol.1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang