Siang ini, seperti janji nata sebelumnya.
Dia datang ke rumah om rama papanya bersama gue.Rasa canggung begitu kental saat pertama kali seorang perempuan berusia 40 tahun menyapa kami dengan senyum hangatnya.
Tiba disebuah ruang keluarga yang syarat dengan tema klasik itu, nata dipersilahkan masuk kedalam ruangan om rama menyisakan gue disana.
“terimakasih sudah mau membujuk nata untuk datang kemari nak kara” ujar tante anggi yang bukan lain adalah ibu tiri nata.
“nata datang dengan keinginannya sendiri kok tante, kara tidak membantu apa-apa” jawab gue meletakkan cangkir teh di atas meja.
“tante juga mau minta maaf karena belum sempat nengok nak kara setelah pristiwa tabrakan oleh reza waktu itu, sejak saat itu tante sering kali mengatur jadwal agar bisa berkunjung tapi nyatanya malah nak kara yang lebih dulu mengunjungi tante”
“itu cuman kecelakaan kecil kok tante, lagi pula kara yang salah waktu itu”
“nak kara tau? Sejak saat itu, reza terus menerus menceritakan kara pada tante. Kara orangnya baik ma, dia lembut, dia juga cantik. Itulah yang reza ujarkan sama tante, dan sekarang tante percaya semua perkataannya setelah melihat nak kara langsung” ungkap tante anggi membuat gue malu.
Disana, sebuah bingkai foto besar terus menerus mencuri perhatian gue.
Foto nata yang mungkin berusia sepuluh tahunan dan juga alm.mama dengan om rama.
Foto itu terpajang tepat di samping foto keluarga baru om rama yang beranggotakan reza dan tante anggi.
“tante yang minta foto itu tetap di pajang nak” ujar tante anggi yang sadar jika mata gue terus memandang foto itu.
“tante tau jika rama masih sangat menyayangi keluarga nya hingga saat ini. Selama bertahun-tahun dia tetap menggantungkan harapan agar bisa bertemu dengan tari ataupun nata. Hingga pada akhirnya tari datang dengan sendirinya membuat ruang kelam yang ada disini seketika sirna. Tari datang memberi kata maaf untuk kami dan membuat semua menjadi lebih baik” tambahnya lagi.
“nata harus bersyukur karena memiliki keluarga yang lengkap lagi sekarang. Alm.mama juga pasti tersenyum bahagia disana karena keinginan terakhirnya telah terpenuhi” jawab gue membuat senyum perempuan yang duduk disamping gue ini merekah.
Sekitar setengah jam berlalu, reza datang bergabung bersama gue dan mama nya.
“harus mama tinggal gak nih” ujar tante anggi menggoda reza
“apaan sih maaa” sanggah reza saat tante anggi benar-benar meninggalkan gue dan reza berdua.
“terimakasih ya kara, karena sudah menepati janji kamu”
“aku gak ngelakuin apa-apa kok za, nata sendiri yang mau datang kesini”
“aku harap tidak ada lagi pertikaian mulai sekarang. Besar juga harapanku dan mama jika nata mau tinggal disini bersama kami”
Tambahnya yang membuat asumsi gue terhadap keluarga ini benar-benar berubah.
Benar, nata haruslah bersyukur dengan semua ini. Reza dan mama nya adalah orang yang baik dan juga pandai menjaga perasaan.
“oh iya, kamu masih punya hutang kar sama aku” gue bingung! Hutang apa nih-
“kamu masih ada janji buat dinner sama aku kar, sebagai permintaan maaf aku”
“yaampun za, luka bekas lecetnya aja udah ilang sekarang. Lagian aku udah maafin kamu dari jauh hari kok”
“kalo gitu, dinner sama aku sebagai ucapan terimakasih kar” ujarnya lagi
KAMU SEDANG MEMBACA
My (boy) Friend | Bbyu Vol.1
Fanfiction[ C O M P L E T E D ] Butuh waktu sepuluh tahun untuk gue bisa mengungkapkan apa yang selama ini gue pendam. Rasa sayang gue terhadap kara -Nata "cewek bar-bar yang selalu gue kagumi walau saat dia bangun lengkap dengan ilernya, entah sejak kapan ta...