Seperti dugaan gue sebelumnya, kara nangis waktu gue kasi surprise event pas lamar dia.
Bagaikan melewati satu pintu besar bersama kara, gue lega saat ibu kara memberi restu untuk gue menikahi anaknya.
Enggak sekarang, sesuai dengan kesepakatan dan permintaan kara. Dia minta gue fokus dulu di karir gue sementara dia menata kembali karir barunya.
Iya, kara kembali dengan hobi lamanya, menulis buku yang akhirnya hampir berhasil menembus penerbitan.
Sementara menunggu gue menyelesaikan intersif, kara memilih membantu ibunya ditoko sembari merampungkan bukunya.
Karena kekuatan dan kesabaran kara, satu tahun ternyata tidak terasa selama yang gue kira.
Saling memberi kabar lewat messages ataupun telpon jika ada waktu, begitulah satu tahun itu berlalu.
Dan sekarang, gue sudah lebih mantap mengajak kara meresmikan hubungan kita. Bersama demas, nano dan cadel, gue bekerja disalah satu rumah sakit atas rekomendasi dokter seno.
Banyak pula hal yang telah terjadi satu tahun ini. Mulai dari berita bahagia dengan lahirnya anak pertama doksen dan demas, lalu ditambah dengan perginya reza ke new york untuk melanjutkan kuliahnya. Berita kedua lebih menggembirakan sih buat gue.
“sudah sejauh mana persiapan pernikahan kalian?” tanya papa ditengah makan malam kami.
Malam ini gue dan kara datang ke rumah papa untuk memberikan salam perpisahan pada reza.
“belum dimulai Pa, nata masih sibuk di rs” jawab gue.
“niat baik gak boleh lama-lama di tunda loh nak, apa mau tante kenalin ke temen tante? Dia agen w.o terpercaya gitu. banyak kok anak muda sekarang pakai jasa dia” tante anggi-
“kalo elo belum juga mau maju, biar gue aja nat yang maju” reza-
Sialan emang kakak tiri gue.
Semenjak berkelahi dengan reza saat itu, semua orang tau bagaimana gue dan reza menjadi rival atas kara. Bokap gue sama nyokap reza hanya terkekeh mendengar berita kalo gue merebutkan perempuan yang sama dengan dia.
Tapi setelah hari dimana gue meminta restu papa, semua nya berangsur membaik. Gue benci bilang ini tapi, reza adalah manusia yang baik menurut gue. dia tetap bertingkah sewajarnya teman yang tidak pernah terjadi apa-apa antara dia, gue dan kara.
Tapi ya gini. Dalam beberapa moment dia emang selalu sengaja biking gue marah dengan kalimat-kalimatnya.
“sering-sering kasi kabar ke kita yang disini ya za nanti” ujar kara setelah makan malam selesai dan menyisakan gue dan reza disampingnya.
“ngapain ngarep reza ngasi kabar ke elo sih kar?” bentak gue kaget. Ya kali dia nanti kabar-kabaran sama reza.
“emang gue salah?” dengan polosnya dia nanya.
“kalem sih nat! makanya gercep dong. Elo mau kalo kara gue culik ke new york?”
“kampret lo! kar, balik sekarang” jawab gue yang hanya direspon oleh gelak tawanya dan reza.
Sialan!
“besok kita mulai cari gedung ya kar” ungkap gue dalam mobil ditengah perjalanan pulang.
“besok gue ada meeting sama editor nat. lain kali aja ya” jawabnya.
Ini udah ketiga kalinya kara nolak ajakan gue buat mulai mempersiapkan pernikahan kita.
Apa ini yang dinamakan karma?
Saat dulu gue yang menjadi alasan tertundanya pernikahan kita, sekarang malah kara yang banyak alasan untuk tidak merampungkan niat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My (boy) Friend | Bbyu Vol.1
Fanfiction[ C O M P L E T E D ] Butuh waktu sepuluh tahun untuk gue bisa mengungkapkan apa yang selama ini gue pendam. Rasa sayang gue terhadap kara -Nata "cewek bar-bar yang selalu gue kagumi walau saat dia bangun lengkap dengan ilernya, entah sejak kapan ta...