MBF : 20

380 47 0
                                    

Tepat pukul delapan malam, setelah sekitar satu jam gue beserta nata tiba di rumah sakit, mama meninggalkan kita semua.

Mama menutup matanya dan meninggalkan seorang anak laki-laki yang sekarang hanya diam terpatung disamping jenazah yang belum membeku itu.

Suasana duka tidak hanya dirasakan kami sebagai kerabat dekatnya melainkan sebagian besar staf rumah sakit yang memang kenal baik dengan nata.

Pukul sebelas malam, rumah nata dipenuhi orang yang datang untuk berkabung.

Puluhan manusia yang syarat dengan baju hitam itu terisak dengan kepergian mama yang terbilang tiba-tiba.

Masih lekat diingatan gue saat mama ikut makan malam 3 hari yang lalu dirumah gue tanpa nata.

"ma, kara mau minta izin ajak nata mantai di hari ulang tahunnya lusa" ujar gue menghampiri mama dan ibu yang tengah sibuk di dapur.

"kara, bukannya lebih baik kita rayain ulang tahun nata dirumah aja kayak tahun-tahun sebelumnya? Ibu udah belanja banyak loh itu buat masak besar. Lagian nata nya jangan diganggu terus dong. Dia kan pasti lagi sibuk sama kuliahnya." Timpal ibu

"mama izinin kok sayang, nata juga udah bilang sama mama. Lagian biarin lah jeng nata sama karanya keluar, biar kita bisa cepet-cepet sah jadi besan"

Uhukkk! Sumpah gue keselek saat mendengar penuturan mama. Apa-apaan nih? Mama sama ibu emang kerap ledekin gue sama nata tapi gak pernah sejauh ini gue fikir. Apa nata udah bilang sama mama? Tanya gue dalam hati

Sedang mama dan ibu hanya cengengesan menertawakan tingkah gue.

Satu hal yang gue ingat pada malam itu, mama bercerita panjang dan berakhir dengan kalimat yang sekarang gue yakini adalah pesan terakhir mama.

"kara makin dewasa kok makin cantik aja sih mama perhatiin?" ujar mama setelah gelak tawa kita melihat postingan ala-ala tiktok di instagram, sedang ibu? Ibu masih sibuk di dapurnya.

"mama juga. Gak ngerti deh kara, kok masih sama aja ya kayak 10 tahun lalu waktu kara liat mama angkut-angkut barang pas pindahan. Gak tua-tua" mama tertawa.

Mama semakin seksama memperhatikan wajah gue dan membenarkan anak rambut yang mulai tumbuh panjang menghalangi mata seraya mengusap kepala gue lembut.

"mama berantem terus sama nata akhir-akhir ini" ujarnya tanpa menghilangkan senyum itu

"nata tumbuh jadi laki-laki keras kepala sejak mama berpisah sama papanya" tambahnya lagi

"nata ngomong kasar sama mama?" Tanya gue hati-hati. Awas aja lo nata. Kalo berani-beraninya ngebentak mama.

"enggak sayang, apa yang nata lakuin itu benar. Mama gak bisa salahin dia dengan permintaan konyol mama."
Gue bingung

"mama pengen nata berdamai sama papanya"

"mama takut ninggalin nata sendiri di dunia ini dengan dendam yang bersarang dihatinya sejak 12 tahun lalu" kalimat tambahan mama terdengar begitu perih.

"ma, nata gak akan pernah sendiri selama kara sama ibu ada. Lagian mama mau kemana? Mama ada perjalanan bisnis ke luar negeri?" ujar gue mengambil tangan mama dan mengelusnya.

Mama menelan ludahnya dan menghapus bendungan air di matanya seraya menatap gue.

"mama percaya sama kamu sayang, mama tau kamu gak akan ninggalin nata kan? Tolong jagain nata, marahin dia seperti biasa kalo dia mulai susah makan. Mama gak akan maksain kehendak mama terhadap kalian, tapi besar harapan mama kalo kamu sama nata bisa bersama hingga selamanya. Saling menjaga, saling mengingatkan dan saling menyayangi".

Jawab mama sambil memeluk gue erat.

Gue gak pernah berfikir jika kalimat itu adalah permintaan terakhir mama buat gue sampai saat ini, saat gue sadar ternyata mama sudah tahu jika harapan hidupnya sudah sangat sedikit sejak mama menjalani pengobatan 6 bulan lalu dengan penyakit yang seserius itu.

"kar, buat pemakaman mamanya nata. Kayaknya kita harus tunda sampe besok pagi, barusan ibu lo yang bilang ke gue." Ujar uci yang datang menghampiri gue duduk di ujung tangga rumah nata.

"nata dimana ci?" Tanya gue

"nata diluar sama dr.Seno dan anak-anak lainnya".

Bersama uci, gue datang melihat nata tanpa menghampirinya yang memang tengah berada di tengah teman-temannya bersama dr.Seno. Wajah nata kental dengan perih dan terlihat pucat.

Pukul tujuh pagi, jenazah mama telah diantar ke tempat peristirahatan terakhirnya. Dihadapan tanah yang penuh dengan kelopak mawar itu, nata kembali mematung tanpa berkata apapun.

Para warga yang ikut mengantarpun silih berganti pulang dan menyisakan orang-orang terdekat almarhumah.

Hingga diantara lalu lalang manusia itu, dua orang laki-laki yang tidak terlihat asing datang dengan baju hitamnya menghampiri kami.

Saat langkah kaki keduanya semakin dekat, gue sadar jika satu dari kedua orang itu adalah Reza.

Ngapain reza kesini? Dia kenal sama mama? Dan lagi, siapa bapak-bapak disampingnya?

Pertanyaan itu muncul dikepala gue.

"hai kara" sapanya dan membuat nata sadar dengan kehadiran mereka.

Belum sempat gue menjawab, nata bangkit dan menghalangi jarak antara gue dan reza.

"ngapain kalian disini?"
Tangan nata mengepal keras dan tubuhnya bergetar menahan amarah.

Benarkah dugaan gue jika orang yang datang bersama reza itu adalah papa nya nata.

Nanti siang aku update lagi yaaaa❤
.
.
.
Deapark-

My (boy) Friend | Bbyu Vol.1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang