MBF : 37

361 47 4
                                    

Hal yang gak pernah sekalipun gue bayangkan sejak bersembunyi bersama mama selama sepuluh tahun ini nyatanya terjadi.

Ditempat ini, tempat yang sama sekali tidak berubah sejak gue pergi. Ruang kerja papa dengan foto gue saat bayi yang katanya menjadi sumber kekuatannya untuk bekerja.

Hanya satu hal yang berubah selama ini, yaitu laki-laki yang tengah duduk di depan gue sekarang. Laki-laki itu terlihat mudah lelah dengan keriput yang mengelilingi wajahnya.

Selama setengah jam setelah bertukar sapa, yang gue lakukan disana hanya termenung. Memikirkan hal apa yang ingin gue sampaikan dan tanyakan. Begitu juga papa, dia bungkam setelah puluhan kali meminta maaf.

“apa om haris masih sering tertidur sambil tegap duduk saat sedang rapat dengan papa disini” ujar gue ragu membuka percakapan

Laki-laki di depan gue terperanjat kaget menatap gue yang berusaha menggali bongkahan memory yang pernah gue lalui dengan dia.

“i-iya, haris bahkan masih selalu terbangun karena dengkurannya sendiri” jawabnya membuat tawa gue keluar.

“maafin sikap aku pa”

Papa mengeluarkan air mata nya tertatih mendekat kearah gue dan membentangkan tangannya.

“papa yang harusnya bersujud dihadapan kamu untuk meminta maaf nak, tolong maafkan laki-laki pengecut ini” ujarnya memeluk gue erat seraya menepuk punggung gue.

Yang gue lakukan hanya ikut menangis menyadari jika selama ini yang gue lakukan adalah menyembunyikan rasa rindu gue pada papa. Ego gue yang begitu besar mengalahkan sedikit rasa hangat yang ditinggalkan laki-laki ini dalam hati gue.

Dan hari ini gue sadar, bahwa masih ada harapan untuk kembali. Cinta akan menemukan jalan pulangnya dan sekarang kalimat itu terbukti.

Andai mama disini untuk menyaksikan semua, menyaksikan harapan dan keinginannya telah gue penuhi.

Ditengah deraian air mata itu gue memohon pada tuhan untuk perlihatkan kebahagian ini pada mama disana.

ma, nata punya papa sekarang. Mama tidak gak perlu khawatir disana karena nata gak bakal sendiri” bisik gue dalam hati.

Jika bukan karena kara, mungkin hari ini tidak akan datang. Tamparan kara saat itu menyadarkan gue jika tuhan bisa dengan mudahnya mengampuni kesalahan manusia lalu kenapa gue begitu meninggi dengan tidak memberi kesempatan sama pada papa.

Hal itu terbukti, saat gue mencoba untuk memaafkan tanpa melupakan, semua pembelaan yang selama ini halu terdengar menjadi nyata.

Lewat om haris, gue tau alasan papa dan bagaimana perjuangannya untuk kembali namun tidak bisa karena berbagai hal. Dan lewat dia lah, gue bisa setidaknya menemani papa melawan penyakitnya. Hal yang tidak bisa gue lakukan untuk mama akhirnya bisa terbayarkan dengan mendampingi papa untuk menang dari sakit yang di deritanya.

Setelah menghabiskan makan siang bersama, sesuatu mencair dalam hati gue.

'oh seperti ini rasanya kembali menikmati makanan dengan keluarga lengkap' gumam gue dalam hati saat suapan demi suapan masuk melewati mulut gue.

“aku harap kita bisa bertemu lagi kar” sesuatu mengganggu indera pendengaran gue.

Reza menyuarakan kalimat itu saat gue dan kara pamit pulang dari kediamannya. Dan hal itu berhasil terekam di memory gue hingga saat ini.

“nata ih, cerita sama gue! Tadi elo ngobrol apa aja di ruangan papa lo?” kara yang ngeyel terus menerus menggoda gue dengan pertanyaan yang sama di sepanjang jalan.

My (boy) Friend | Bbyu Vol.1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang