Almeera mengikuti langkah Nisa menuju kearah kafe seberang rumah sakit dengan gontai. Entah kenapa tiba-tiba gadis manis itu memaksa untuk menemaninya makan chicken chop dikafe itu. Memang Almeera akui, kafe itu memang terkenal dengan menu tersebut, tapi harganya yang lumayan menguras kantong itu membuat gadis itu lebih suka makan dikantin rumah sakit untuk makan siang.
"Kenapa harus disini, sih Nis? Kenapa nggak dikantin aja?"
"Aduh, bu dokter... Sekali-kali apa salahnya sih? Lagipun aku kan lagi ngidam Al... Masa kamu nggak mau ikutin sih?"
Almeera terbelalak. Ngidam katanya?
"Kamu... Kamu... Kamu hamil?" katanya terbata-bata. Gadis itu mulai panik sendiri. Nisa hamil? Kok bisa sih? Sahabatnya itu kan belum nikah? Belum punya suami... Kok bisa?
Melihat ekspresi Almeera yang menggemaskan itu, Nisa langsung tertawa lebar. "Ya ampun Al! Ya nggak lah... Maksud aku ngidam itu bukan karena hamil, tapi karena PMS. Kamu kan tahu sendiri aku kalau mau datang bulan memang suka makan yang aneh-aneh... "
Almeera menhela nafas lega. Ia tak bisa membayangkan kalau apa yang ada difikirannya itu benar-benar terjadi. Na'udzubillah ya Allah... Fikirnya.
Mereka masuk kedalam kafe beriringan. Suasana kafe mulai ramai karena saat ini memang waktunya jam makan siang. Mereka memilih meja disudut ruangan, agak menjorok kedalam sehingga begitu kafe ramai nanti, mereka tetap bisa menikmati makan dengan tenang.
Baru saja akan duduk, mata Almeera melihat sebuah benda hitam yang tampak seperti dompet. Gadis itu memandang berkeliling mencari orang yang mungkin menjadi pemilik dompet itu. Matanya langsung berhenti begitu mendapati sosok dengan setelan jas coklat muda berjalan menjauh dari mereka. Ia yakin, lelaki itulah yang tadinya duduk dimeja ini.
"Nisa tunggu disini sebentar ya... Pesanin apa aja untuk Al, lima menit lagi Al datang..."
Gadis itu langsung melesat meninggalkan Nisa yang masih bengong sendiri ditempatnya. Tujuannya hanya satu, mengembalikan dompet pria itu secepat mungkin. Ia melihat pria itu berjalan menuju mobilnya dengan tergesa-gesa. Ya Allah... Mudah-mudahan masih sempat!
"Mas..."
Pria itu tetap berjalan tak mengiraukan panggilannya. Sosok itu malah dengan santainya memasang kacamata hitam dan membuka pintu mobilnya.
"Mas jas coklat..."
Entah karena sadar pakaian yang dipakainya memang berwarna coklat, ataupun karena heran dengan panggilan itu, pria itu akhirnya menoleh. Almeera langsung mengambil langkah lebar menghampiri pria itu. Khawatir pria itu keburu pergi sebelum ia bisa menyerahkan dompetnya.
"Maaf, saya cuma mau mengembalikan dompet ini. Ini benar punya anda?" kata Almeera seraya mengulurkan dompet yang berada ditangannya pada pria itu. Bukannya mengambil dompet yang disodorkan, pria itu malah melepaskan kacamatanya dan menatapnya dengan tatapan tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Almeera (SELESAI)
Tâm linhBagi Aldrich Adyastha yang memiliki segalanya, memenangkan pertaruhan dengan ketiga sahabatnya untuk mendapatkan seorang Azkayra Almeera tentu bukanlah perkara sulit. Cukup petik jari, sudah dipastikan gadis itu bertekuk lutut di bawah kakinya. Seti...