Bagi Aldrich Adyastha yang memiliki segalanya, memenangkan pertaruhan dengan ketiga sahabatnya untuk mendapatkan seorang Azkayra Almeera tentu bukanlah perkara sulit. Cukup petik jari, sudah dipastikan gadis itu bertekuk lutut di bawah kakinya.
Seti...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aldrich menghempaskan tubuhnya di atas ranjang. Pria itu melipat sebelah tangannya diatas dahi seraya menerawang. Ingatannya kembali ke kejadian beberapa jam yang lalu, saat ia, Tristan, Roy dan Mario menghabiskan sore di kafe langganan mereka.
Wajah gadis itu perlahan tampak jelas di plafon kamarnya yang putih bersih. Si cantik berjilbab marun tanpa make up itu entah kenapa seperti memaksa masuk ke kepalanya perlahan-lahan, dan ia sungguh tak nyaman akan hal itu.
Aldrich menggeleng kepalanya kuat-kuat seraya bangkit dari pembaringannya dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah melemparkan kemeja dan celana kotor yang ia kenakan tadi ke sembarang tempat, ia langsung mengguyur tubuhnya dengan air dingin agar kepalanya bisa kembali waras. Dan terbukti, air dingin itu memang bisa mengenyahkan bayang gadis itu.
Ia sudah meminta Edy—detektif pribadinya untuk menyelidiki tentang gadis itu dengan satu foto yang telah ia kirim tadi. Dan Edy sudah berjanji akan memberikan hasil penyelidikannya paling lambat lusa.
Baguslah! Biar ia bisa berkenalan dengan gadis itu, merayunya, tidur, dan semuanya selesai. Kemudian ia tak lagi terbayang-bayang dengan gadis itu!
Selesai mandi, ia melilitkan handuk di tubuhnya. Masih dengan bertelanjang dada, ia keluar dari kamar mandi dan berganti pakaian dengan cepat. Apartemen tempat tinggalnya begitu sunyi seperti biasa. jadi, ia berniat untuk bersenang-senang ke club dan melepas penat setelah seharian bekerja.
***
Sementara di tempat lain...
Almeera merebahkan tubuhnya diatas ranjang kamarnya. Pandangannya menerawang ke langit-langit kamar yang hampir setengah tahun ini menjadi tempat favoritnya di kota ini. Bagaimana tidak? Ruang ini adalah satu-satunya ruang tempatnya benar-benar bisa beristirahat setelah seharian sibuk menangani pasien di rumah sakit.
Tubuhnya sangat lelah. Wajahnya terasa tebal karena debu, badannya lengket karena berpanas-panasan hampir setengah hari, dan kakinya terasa akan patah karena menemani Mas Ali berkeliling hampir tiga jam di mall mencari hadiah untuk Alisya, putrinya yang mendapat rangking satu di kelasnya.
Oh, menangani pasien seharian lebih terasa menyenangkan baginya daripada harus berkeliling ke mall setengah hari!
Mas Ali adalah kakak seayah Almeera. Pria itu adalah seorang dosen fakultas Ushuluddin di UIN Syarif Hidayatullah. Meskipun mereka hanya saudara tiri beda ibu, tapi Ali tak pernah mengabaikannya sama sekali. Pria itu malah terlalu sayang padanya. Sejak kecil, Ali lah yang melindungi Almeera setiap kali adiknya itu mendapat kesulitan ataupun diganggu teman-temannya. Ali menjaganya seperti pria itu menjaga dirinya sendiri. Menghiburnya waktu sedih dan memberikan semangat setiap kali ia merasa down. Asumsi orang tentang saudara tiri yang tak akur tak pernah berlaku di antara mereka berdua.