Aldrich baru saja kembali dari ruangan Papanya ketika ia melihat gadis itu berjalan dengan langkah lunglai kearahnya. Ia dan dokter Adrian baru saja selesai makan siang. Jam dua nanti ia akan terbang ke Singapore, mengurusi sedikit tentang bisnisnya sekaligus bertemu Thalia. Ia butuh pengalihan saat ini. Pengalihan dari Almeera.
Semakin hari dia semakin tak kenal dengan dirinya sendiri. Hati dan akal sehatnya tak lagi berjalan selaras. Otaknya menyuruhnya agar ia tetap teguh pada rencana dan mengabaikan ucapan Tristan tadi malam, tapi hatinya berkata lain. Organ dalam dirinya itu dengan lancang menyuruhnya agar bersimpati pada gadis itu.
Almeera tak mengalihkan pandangannya dari lantai. Gadis itu terus saja berjalan tanpa peduli dengan keadaan sekelilingnya. Dan entah kenapa bibir Aldrich tiba – tiba menarik senyum. Hatinya menghangat melihat gadis berjilbab coklat muda itu berjalan kearahnya. Mata mereka belum sempat bertemu, dan ia yakin Almeera belum menyadari kehadirannya saat ini.
Dan benar saja. Gadis itu terus berjalan tanpa menoleh kearahnya sama sekali.
"Dokter Almeera..."
Hening. Almeera terus saja berjalan menjauh darinya.
"Al..." panggilnya lagi. Tapi Almeera tetap berjalan dengan bahu lesu. Tubuhnya berjalan otomatis seperti sudah hafal dengan arah tujuannya, tapi Aldrich yakin fikiran gadis itu pasti entah kemana. Aldrich tiba – tiba merasa khawatir melihat keadaan gadis itu. Almeera yang dikenalnya adalah gadis yang semangat dan murah senyum.
"Azkayra Almeera..."
Gadis itu semakin menjauh. Kemudian berbelok menaiki anak tangga satu persatu. Merasa ada yang tidak beres, akhirnya Aldrich mengikuti langkah gadis itu dibelakangnya. Dilihatnya Almeera berjalan menuju kearah area bermain anak. Gadis itu duduk disalah satu meja bundar dengan tiga kursi yang mengelilinginya. Pandangan matanya menatap kearah anak – anak yang sedang bermain dengan wajah ceria.
Aldrich berbalik dan menuju kearah mesin penjual minuman tak jauh dari situ. Ia langsung membeli dua kaleng kopi instan dingin, kemudian kembali berjalan menuju Almeera yang sedang sibuk dengan lamunannya itu.
"Dokter Almeera..."
Gadis itu mendongak. Mata bundarnya langsung terbelalak kaget begitu melihat sosok Aldrich berdiri disampingnya.
"..." Almeera diam saja.
"Boleh saya duduk?" Aldrich melemparkan senyum kecil.
"..."
"Dokter?"
Gadis itu mengerjapkan matanya beberapa kali. Membuatnya tampak sangat menggemaskan. "Eh iya, silakan..."
Aldrich langsung duduk dikursi samping Almeera. Ia mengulurkan sekaleng kopi dingin didepan Almeera. Kemudian membuka penutup kaleng untuk minumannya sendiri.
"Dari tadi saya tegur dokter, tapi dokter diam saja."
Kening Almeera tampak berkerut bingung. Aldrich tambah yakin sekarang bahwa gadis itu tidak baik – baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Almeera (SELESAI)
SpiritualBagi Aldrich Adyastha yang memiliki segalanya, memenangkan pertaruhan dengan ketiga sahabatnya untuk mendapatkan seorang Azkayra Almeera tentu bukanlah perkara sulit. Cukup petik jari, sudah dipastikan gadis itu bertekuk lutut di bawah kakinya. Seti...